Skip to main content

Having Job vs Make Money

"Try not to become a person of success, but rather try to become a person of value"
(Albert Einstein)

Sibuk apa sekarang? Kerja apa sekarang?
Itulah pertanyaan sehari-hari yang akan di dengar pasca lulus kuliah. Pertanyaan yang hingga saat ini bagiku jawabannya masih berubah-ubah. Yah aku pernah menulis kan kalo mencari kerja itu susah. Banyak pekerjaan di luar sana, bertaburan di situs-situs pencari kerja atau bertebaran di bursa kerja? Tapi kenapa belum kerja? Karena meski berbekal secarik kertas penanda kelulusan dengan nilai yang mengagumkan tapi tetap saja yang dilihat adalah pengetahuan dan pengalaman. Hal kedua ini yang sulit dan menyebabkan banyak sarjana yang menganggur karena kolom pengalaman kerja di cv mereka kosong (cv ku juga).
Sebenarnya jika ditanya apakah aku pernah kerja maka jawabannya mungkin belum, tapi apa sih kerja itu? Apakah kerja adalah sesuatu yang bisa ditulis di bawah namamu pada label undangan? Sesuatu yang kau kerjakan setiap hari? Atau sesuatu yang kau lakukan dan setelahnya kau akan mendapat uang? Jika jawabannya yang terakhir maka aku bisa dibilang pernah kerja karena aku punya segudang cerita untuk yang satu ini.
Listen..
Dahulu kami cukup kekurangan karena keluarga besar dengan 8 orang anak yang semuanya sekolah dengan bapak yang pekerjaannya tak menentu. Tentu saja kami cukup puas bisa sekolah dan tidak mengharap kemewahan apapun seperti uang jajan (ada sih sedikit). Sekolah pun masih agak sulit, untungnya ada beasiswa yang agak meringankan. Kami bukan orang kaya, jadi agar bisa terus sekolah kami mengandalkan otak. Hasilnya memang terlihat dari kami semua yang selalu mendapat rangking yang baik di kelas dan mendapat beasiswa. Untuk biaya hidup sehari-hari terkadang mama jualan kue yang dititip di warung tetangga dan kami yang bertugas untuk mengantar di pagi hari dan mengambilnya kembali di sore hari. Kadang mama memberi kami seribu dua ribu dari hasil penjualan kue untuk tambahan jajan. Tapi beneran uang saku kami memang tidak seberapa jadi kami harus bekerja untuk mencari tambahan. Sejak sd aku dan kakakku beserta sepupuku sering pergi ke kebun nenek kami untuk mencari jambu mete. Jambunya terkadang di bawah pulang untuk di makan, dan metenya di kumpulkan untuk di jual. Hasilnya kemudian kami bagi meski tidak seberapa karena mete yang masih ada kulitnya sangat murah dibanding mete yang sudah dibuka. Untuk 20 biji kami hanya dibayar seribu rupiah. Sangat sedikit bukan? Terkadang metenya kami makan sebagai snack dengan dibakar di sekam bekas padi yang sudah di pabrik.
Di sekolah lain lagi. Dulu saat orji sedang ramai-ramainyajadi koleksi, aku dan beberapa teman membuat tempat orji dari kertas karton atau sampul buku tulis dan kemudian menjualnya ke teman lain. Begitu pun dengan stiker kuku. Kami akan membeli stiker kuku satu papan dan menjualnya kembali ke teman-teman per baris. Bersama seorang teman aku juga pernah berjualan pulpen bekas dengan cara memunguti semua pulpen bekas teman-teman yang masih berisi tinta tapi sudah tidak dipakai karena macet. Pulpen itu kami sulap jadi bisa digunakan lagi dengan cara membakar ujungnya dengan api lilin. Lalu setelah baik kami jual lagi ke teman-teman.
Beranjak SMP aku dan temanku berjualan gelang yang dibuat dari anak klip yang dibengkokkan dan dikaitkan dengan manik-manik atau pun picing-picing. Meski dibuat dari anak klip, setelah dibuat jadi gelang orang-orang tidak tahu lagi asalnya. Lumayan laku sih tapi karena kurang tahan jadi akhirnya kami berhenti membuatnya. Saat SMA, kondisi keuangan kami sudah mulai membaik ditambah beberapa yang sudah kerja. Mama sudah tidak jualan kue lagi dan akupun mulai fokus untuk belajar. Hingga kemudian kuliah, meski terkadang mencari uang tapi itu bukan untukku melainkan untuk organisasi.
Pasca lulus kuliah aku membuat rental buku yang sudah punya sedikit penghasilan meski uangnya tidak kugunakan untuk diri sendiri karena masih dalam tahap pengembangan dan memang tidak mau kujadikan bisnis hanya sekadar hobi dan tempat berbagi ilmu. Tinggal di rumah juga bukannya aku tidak melakukan apa-apa. Setiap malam dan pagi aku berkutat di dapur untuk mempersiapkan kue-kue yang akan dijual oleh kakakku di sekolah. Tidak lupa sepanjang hari membereskan rumah, masak untuk bapak dan menjaga keponakanku.

Yup, itulah sedikit cerita tentang pengalamanku mencari uang dan jawaban atas pertanyaan pasca lulus. Mungkin ini masih belum bisa disebut kerja, tapi paling tidak aku bukan pemalas yang tidak tahu betapa susahnya mencari uang. Setelah ini aku mungkin akan mengajar, menjual takoyaki dan lip tint.

Comments

Popular posts from this blog

Profil Deng Lun

Mumet dengan kerjaan, jadi mau update lagi deh biar fresh. Kali ini aku mau nulis profil salah satu aktor China favoritku. Awalnya mau nulis Yang Yang sih tapi dianggurin aja datanya. Nanti deh. Sekarang soalnya ngebet banget sama si senyum lebar, Deng Lun. Soalnya drama yang dia bintangi tuh oke banget. Ini dia profilnya Nama: Deng Lun Born: October 21 st , 1992 (yes, kami Cuma beda setahun) in Shijiazhuang, Hebei Prov Tinggi: 185 cm Berat: 65 kg Deng Lun merupakan lulusan Shanghai Theatre Academy dan memulai karirnya sejak 2013 dalam Drama TV berjudul “Flowers in Fog” (belum nonton sih) kemudian main di beberapa drama lainnya dan akhirnya karirnya terus menanjak. Aku sendiri jatuh hati sama dia waktu dia main di drama berjudul “Because of Meeting You” yang merupakan drama remake dari drama Korea berjudul “Jang Bo-ri is here”. Di drama ini ia berperan sebagai Li Yunkai, seorang pengacara yang merupakan teman masa kecil tokoh utama perempuan. Perannya yang ceria dan

Itazura na Kiss in all versions

Hajimemashite.. Maaf lagi sok Jepang.. Kali ini aku mau bahas soal salah satu Dorama Jepang yang saking populernya sampe diadaptasi dalam berbagai versi. Eng ing eng.. Itazura na Kiss.. Sudah pada nonton versi apa saja? Tenang aku juga belum nonton semua kok. Tapi bagaimana pun versinya kisahnya Cuma satu yaitu bercerita tentang Seorang cewek SMA yang kurang pintar dari kelas F (disini kelas dibagi berdasarkan kepintaran muridnya dan diurut dari A untuk yang paling pintar hingga F untuk yang paling kurang pintar) bernama Aihara Kotoko yang jatuh cinta dengan orang paling populer di sekolahnya dari kelas A bernama Irie Naoki sejak tahun pertama. Di tahun seniornya, Ia kemudian mengakui perasaannya lewat surat cinta kepada Naoki dan ditolak mentah-mentah dengan alasan Naoki benci gadis bodoh. Pada hari yang sama Kotoko kehilangan rumahnya karena suatu musibah (di setiap serial beda-beda eui musibahnya) dan bersama ayahnya terpaksa menumpang di rumah teman ayahnya yang ternyata adala

Review Cry Me a Sad River

Kali ini mau bahas salah satu film China yang cukup ngena di hati dan bikin ikutan nangis.  Ini dia Profilnya Also known: Bei Shang Ni Liu Cheng He Genres: Friendship, School, Youth, Drama, Melodrama, Tragedy Country: China Release: 30 September 2018 Starring: Ren Min, Xin Yun Lai, Zhao Ying Bo Sinopsis: Yi Yao dan Qi Ming adalah tetangga dan teman masa kecil yang pergi ke kelas yang sama. Murid pindahan Tang Xiao Mi menyukai Qi Ming dan menjadi cemburu dengan hubungan baik Yi Yao dengannya. Dia mengikuti Yi Yao dan menemukan rahasia miliknya. Tang Xiao Mi kemudian menggunakan rahasia ini untuk memulai bullyingnya di sekolah dan semua siswa lain bergabung. Penindasan itu perlahan menghancurkan Yi Yao, sampai Gu Sunxi muncul disampingnya dan membantunya. Namun sebuah tragedi kembali menghancurkan Yi Yao. Comment: #SpoilerAlert Setelah terlalu banyak menonton drama kali ini tertarik nonton film China. Yup, mungkin kita hanya familiar dengan film-film action, kung fu maupun his