Skip to main content

LPDP Perjuangan

Study Abroad.. Uhuy pake bahasa Inggris.. Yup Kuliah keluar negeri adalah impianku sejak dulu. Orang-orang sudah mengenalku sebagai Ay yang ingin keluar negeri sejak sma. Yah aku memang sangat menyukai pelajaran tentang luar negeri, bahasanya budayanya bahkan sejarahnya. Bukannya aku tidak cinta Indonesia, aku sangat cinta. Tapi aku selalu ingin melihat dunia di luar sana sejak aku menontonnya lewat televisi. Gedung-gedung tua nan klasik, kanal-kanal, salju, aurora, aku ingin menjelajahi semuanya berpetualang sejauh yang kubisa, belajar banyak hal yang tidak kupelajari di negaraku. Meski bahkan jika kupikir lagi mimpiku tidak semudah itu. Aku tidak punya uang bahkan untuk kursus bahasa inggris jadi aku tidak bisa mendaftar AFS atau monbukagabusho semenjak sma atau lulus sma. Aku kemudian memilih jurusan yang menurutku bisa membawaku ke sana. Jurusan yang ada kata internasionalnya pasti bisa membawaku menuju mimpiku. Tapi lagi-lagi ternyata semua pake uang. Kemampuan bahasa inggrisku yang pas-pasan hanya dari bekal belajar lewat film dan lagu serta pelajaran di sekolah tidak cukup untuk bahkan membuatku bisa bersaing dengan orang-orang yang sudah les bahasa Inggris sejak sd dan mengantongi sertifikat yang membuktikan kemampuan mereka. Padahal berbagai program exchange mensyaratkan sertifikat.

Lulus kuliah kuputuskan bahwa aku akan s2 diluar negeri. Untuk itu aku juga akan les bahasa inggris bahkan hingga kampung Inggris tapi apa daya semua hanya rencana. Aku lagi-lagi tidak jadi ke sana dan mau kursus di Makassar pun tidak memungkinkan mengingat hitung-hitungan biayaku selalu saja membuatku tidak tega untuk meminta uang pada siapapun untuk membayarkan lesku. Padahal saat itu pelung buat ke luar negeri cukup besar mengingat LPDP buka empat kali dan sepanjang tahun dibuka banyak pendaftaran beasiswa dari negara-negara lain. Hanya satu syarat terpentingnya yaitu aku punya sertifikat bahasa inggris bukan Toefl tapi IELTS. Tentu saja sangat berat mengingat Untuk persiapan IELTS saja butuh biaya tidak sedikit, belum tesnya, transport ke tempat kursus,biaya hidup selama di Makassar karena di kampungku tidak ada IELTS, biaya tes dan biaya les serta tes lagi jika skorku belum bisa mencapai target.

Tapi aku tidak boleh menyerah begitu saja. Aku bahkan belum mencoba berjuang. Maka kukumpulkan uangku untuk tes TOEFL saja tanpa Preparation dan berharap skorku cukup untuk bisa mendaftar LPDP Afirmasi yang mensyaratkan TOEFL 400. Tes kulaksanakan di salah satu pusat bahasa universitas tapi bukan universitasku karena biayanya lebih murah. Hasil tesku akhirnya keluar dan aku mendapatkan skor 510. Cukup tinggi bagi kebanyakan orang tapi untuk jurusanku itu adalah standar dan aku tetap bersyukur. Setelah mendapat sertifikat TOEFL, aku lanjut mengumpulkan berkas untuk persyaratan lainnya agar bisa mendaftar di periode pertama alias awal tahun. Apa daya berkasku harus kuulang karena ada perubahan kebijakan dimana LPDP tidak lagi buka 4 kali tapi hanya satu kali untuk dalam negeri dan luar negeri. Itupun luar negeri dilaksanakan di pertengahan tahun. Tapi setidaknya sertifikat TOEFLku masih bisa kupakai karena berlaku dua tahun meski skorku jadi terlihat pas-pasan setelah aturan baru mensyaratkan minimal 500 untuk LPDP Afirmasi.
Aku memilih Afirmasi ketimbang Reguler karena aku adalah penerima bidik misi waktu kuliah dulu dan TOEFL hanya bisa dipakai untuk afirmasi karena setelah lulus beasiswa akan ada PB (pengayaan bahasa) dimana kita dileskan dan dibayarkan tes IELTSnya. Persyaratan surat bebas TB bagi yang ingin kuliah ke luar negeri lumayan memberatkan bagiku mengingat untuk tes tersebut hanya bisa dilakukan di rumah sakit dan tidak di cover oleh BPJS karena masuk poli umum. Akhirnya baru bisa kulakukan setelah uangku benar-benar cukup padahal batas pendaftaran sisa sedikit lagi. Itupun saat tes aku tidak bisa langsung mendapat surat bebasnya karena dokter memvonis aku menderita bronchitis sehingga harus melakukan tes pewarnaan dahak di lab dan itu berarti tambahan biaya lagi. Masalah pendaftaran selanjutnya yaitu printer yang dilengkapi scanner sedang rusak sedangkan di daerahku sangat sulit menemukan tempat yang bisa scan. Aku punya teman yang punya printer dengan scanner tapi saat itu kakaknya sedang menikah jadi susah minta tolongnya. Akhirnya kutemukan satu tempat di Parepare yang bisa men-scankan berkasku tapi yang punya tidak tahu cara men-scan kertas legal, ia bahkan tidak tahu mengeditnya. Untungnya aku bisa mengedit sedikit-sedikit. Semua berkas sudah siap sisa studi plan dan essay yang masih belum fix padahal sudah h-1 (beginilah jadinya kalau prokrastinator selalu pake sistem kebut semalam). Dengan segenap tekad segera kuselesaikan studi plan dan essay tersebut dengan sedikit bantuan translate mbah gugel karena aku belum mampu untuk membuat teks bahasa inggris yang baik. 12 jam lagi menuju penutupan pendaftaran saat berkasku telah selesai semua dan siap diupload. Tapi sayangnya aku harus menemui kendala lagi dimana server error, website tidak bisa terbuka dan aku tidak bisa login. Akhirnya kuaktifkan dataku selama berjam-jam dan membuka webnya secara berkala sambil menunggu server web bisa diakses lagi. Tapi hingga detik terakhir penutupan web masih belum bisa diakses. Saat itu tengah malam dan aku bahkan tidak tidur untuk menunggunya. Kuputuskan untuk menunggu beberapa saat lagi berharap web bisa diakses dan masih ada waktu untuk pendaftaran. 3 jam kemudian setelah bolak balik mengecek web akhirnya web tersebut bisa diakses dan langsung saja aku login dan menyelesaikan semua pendaftaran termasuk mengupload berkas-berkas dan akhirnya bismillah klik submit. Setelah itu aku yang begadang semalaman akhirnya tidur.
 
Keesokan harinya aku melihat pengumuman di media sosial kalau waktu pendaftaran diperpanjang selama 2 minggu. Artinya usahaku yang tidak tidur semalaman menunggu web terbuka sedikit sia-sia karena ternyata masih banyak waktu untuk mendaftar. Tapi tidak masalah toh Tuhan sudah sangat berbaik hati untuk memberiku kesempatan mendaftar padahal waktu sebenarnya sudah lewat.
Karena terjadi perpanjangan jadwal pendaftaran maka hal itu berimbas pada kemunduran semua jadwal dimana pengumuman lolos administrasi dan tes-tes setelahnya juga ikut mundur. Tapi aku bisa menunggu, bukankah kita semua terbiasa menunggu? Hehe. Akhirnya beberapa waktu kemudian pengumuman administrasi pun tiba. Karena sering mengikuti pendaftaran online untuk kerja, aku jadi hapal bagaimana mengetahui kelulusan sebelum membukanya. Yaitu dengan melihat apakah kita akan mendapatkan notifikasi untuk membuka pengumuman lewat sms. Dan benar saja aku mendapatkannya artinya aku lulus. Untuk memastikannya aku membuka akun pendaftaranku dan Alhamdulillah aku memang lulus dan berhak untuk mengikuti seleksi online assesment. Sebelum mengikuti tes online aku sudah lebih dulu mencari tahu di mbah gugel mengenai bentuk tes yang akan  kuikuti. Tadinya kupikir tes pengetahuan umum seperti tes online untuk kerja tidak tahunya tes psikologi yang artinya tidak perlu belajar, cukup dijawab sesuai hati nurani. Tes online diadakan satu hari saja. Dimana di hari itu kita bisa memilih waktu diantara 24 jam tersebut untuk mengikuti tes. Aku memutuskan akan memilih waktu tengah malam saat tes baru dibuka karena tidak mau lagi terlambat juga karena kuota internetku Cuma ada untuk tengah malam. Sambil menahan kantuk aku mengikuti tes tersebut. Aku memasang timer di hpku agar menyelesaikan tes dengan waktu rata-rata yaitu tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat mengingat tes psikologi meski terlihat gampang karena tidak ada hitung-hitungan tapi juga perlu diperhatikan dengan seksama sebelum menjawab karena kebanyakan jawaban mengecoh dan kita bahkan tidak sadar bahwa ada pertanyaan berulang. Dan benar saja katanya banyak peserta yang akhirnya gagal di tes ini. Aku sendiri Alhamdulillah dinyatakan lolos Online Assesment dan berhak mengikuti tes substansi.
Tes substansi merupakan tes akhir untuk mendapatkan beasiswa LPDP dan terdiri atas 3 bagian yaitu Essay on the Spot, LGD, dan Wawancara. Tentu saja sebelumnya aku mempersiapkan diri dengan mencari info tes tersebut dari yang sudah pernah ikut sebelumnya dan memang di mbah gugel sudah bertebaran informasi mengenai topik yang biasanya ada di EOTS dan LGD serta pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul saat wawancara. Semua info tersebut kutulis di buku sakti ku yang sebelumnya telah kutulisi tentang informasi pendaftaran LPDP. Tapi meski dengan semua informasi itu aku tidak bisa betul-betul fokus mempersiapkan diri karena waktu dan pikiranku juga terbagi untuk mengurusi rumah, pekerjaan sebagai tentor bahasa indonesia dan sejarah, ekonomi geografi serta persiapan untuk tes cpns yang diadakan sebelum jadwal tes substansi.
Saat akhirnya jadwal detail tes substansi keluar h-2 aku baru bisa betul-betul fokus untuk belajar itupun tidak bisa fokus seutuhnya karena ada acara keluarga yang harus kuikuti di Makassar. Dari 3 hari berlangsungnya tes substansi di Makassar, aku mendapat jadwal hari kedua. Dimana sebelum jam 8 pagi aku sudah harus ada di gedung keuangan untuk verifikasi berkas, lalu jam 11.30 Essay on the spot, jam 1 LGD dan wawancara jam 03.40 sore. Itu artinya aku tinggal seharian di GKN. Untuk ke GKN aku menggunakan pete-pete kampus dari kosan dan berangkat jam 06.45. Sayangnya aku kurang hapal tempatnya jadi angkotnya kuhentikan sebelum waktunya dan aku harus naik bentor lagi ke GKN yang ada di seberang jalan. Bentor berhenti di depan gerbang dan aku bertanya kepada satpam dimana lokasi tesku. Gedung tempatku tes tenyata ada dibagian paling belakang karena GKN merupakan komplek yang terdiri atas beberapa gedung. Jadi aku harus jalan kaki sampai belakang, lumayan jauh sih untungnya sepatu adikku yang kupinjam cukup nyaman digunakan jalan jauh. Sampai di lokasi tes, kupikir aku terlambat karena sudah hampir jam delapan dan kita disuruh datang sejam sebelumnya ternyata masih segelintir peserta yang hadir dan verifikasi belum dimulai. Sebelum verifikasi kami melakukan presensi sebelumnya yaitu kartu tes yang sudah di print di periksa menggunakan alat pemeriksa barcode. Setelah itu menunggu giliran untuk dipanggil verifikasi. Untungnya buat yang datang pagi panitia menyediakan snack alias kue dos, lumayanlah.
Akhirnya tidak berapa lama namaku di panggil untuk melakukan verifikasi berkas di meja yang telah disediakan. Aku sudah mengurutkan berkas sesuai kartu tes jadi tidak butuh waktu lama untuk verifikasi. Setelah itu aku menunggu untuk tes Essay on the Spot yang akan dilaksanakan jam 11.30. karena masih lama menunggu aku berbincang-bincang dengan beberapa peserta disekitarku sambil mencari tahu siapa yang akan menjadi kelompokku dalam EOTS dan LGD. Aku juga bertemu seorang senior yang juga ikut, teman angkatan dari jurusan lain sefakultasku dan teman dekat kakakku yang juga ikut tes hari itu. Tanpa kusangka aku malah bertemu dengan seorang teman partner kerja saat menjadi tentor untuk bimbel persiapan stan dulu. Kami bahkan tidak pernah bertemu waktu mengajar karena jadwal yang berbeda eh malah ketemu di tempat tes dan Ia ternyata sekelompok denganku di EOTS dan LGD. Aku akhirnya juga menemukan teman kelompok yang lain dan ia memberi tahu bahwa untuk kelompok LGD jam 1 sudah berbincang sebelumnya lewat grup di Telegram. Meski bingung bagaimana mereka bisa bertukar nomor kontak sedangkan aku tidak tahu, aku akhirnya mendownload aplikasi telegram agar bisa ikut mengetahui info seputar LGD. Grup tersebut sudah diisi 5 orang perempuan ditambah diriku jadi 6 karena temanku ternyata belum masuk juga di grup karena tidak punya telegram dan seorang anggota lagi yang belum masuk dan kami tidak tahu siapa. Di telegram aku mengirimkan pesan agar kami bertemu dan berbincang untuk persiapan LGD tapi sayangnya tidak ada yang menggubris. Hingga sejam sebelum tes EOTS aku akhirnya bertemu 3 orang lainnya dan kami mulai berkenalan dan berbincang. Sayangnya kami belum bisa menentukan siapa yang akan berbicara pertama kali saat LGD karena menunggu teman yang lain.
Nama kami kemudian disebut satu persatu untuk mengikuti EOTS dan akhirnya aku bertemu dengan seluruh anggota timku. Ternyata peserta ke delapan adalah seorang laki-laki. Kami langsung memutuskan ialah nanti yang akan memulai pembicaraan saat LGD. Untuk Essay on the Spot kami masuk ke ruangan dimana sudah berjejer kursi yang dilengkapi meja yang jumlahnya lebih banyak dari kami. Kami disuruh mengambil tempat duduk di meja yang diatasnya ada kertas soal dan jawaban yang sudah diatur agar kami duduknya berjauhan. Untuk Essay on the Spot kami punya waktu 30 menit untuk mengerjakan essay dan dalam bahasa Inggris. Kami mendapat dua nomor soal yang harus dipilih yaitu mengenai bullying dan generasi baru anti korupsi. Tentu saja aku memilih yang kedua dan begitupun kebanyakan temanku yang lain karena dirasa lebih mudah untuk dikerjakan. Dengan bahasa Inggris pas-pasan tanpa melihat kaidah struktur dan grammar yang baik aku akhirnya bisa menyelesaikan Essay tersebut.
Saat keluar dari ruangan Essay, kami tidak beristirahat seperti jadwal yang seharusnya tapi langsung dipersilahkan masuk ke ruangan LGD yang ada di seberang ruangan Essay. Di dalam ruangan sudah ada dua orang yang akan memandu dan memperhatikan kami saat LGD. Kursi tersusun melingkar berbentuk U dan kami disuruh mengeluarkan nametag masing-masing. Untuk EOTS dan LGD tidak diperkenankan membawa apa-apa kecuali pulpen dan kartu tes. Untuk LGD diberi waktu 5 menit untuk memahami bacaan dan soal, lalu 25 menit untuk mendiskusikan. Para psikolog memberi kami arahan agar tidak menganggap mereka ada dan berdiskusi sewajarnya. Kami kemudian mulai membaca soal dan menuliskan poin-poinnya di secarik kertas yang sudah disediakan. Kami mendapat topik mengenai Cheating dan Plagiarism di kalangan pelajar dan mahasiswa. Kami harus menemukan faktor-faktor yang menjadi awal permasalahan dan strategi untuk mengatasi masalah. Diskusi dimulai dan seorang teman perempuan disebelahku menjadi pembicara pertama, lalu disusul dengan yang lain. Aku yang butuh waktu untuk memperhatikan situasi menjadi pembicara ke 7 dan peserta laki-laki menjadi pembicara terakhir. Sejak awal kami sudah memutuskan bahwa LGD kali ini tidak ada perdebatan yang ada hanya masing-masing memberikan pendapat dan menawarkan solusi. Aku berbicara sebanyak tiga kali padahal di referensi Cuma menganjurkan masing-masing bicara hanya 2 kali karena LGD yang sifatnya kesetaraan dimana tidak boleh ada yang dominan. Tapi kulakukan juga karena menurutku poin yang dikemukakan peserta yang lain belum cukup apalagi ada beberapa yang cuma bicara sekali saja. LGD juga dilaksanakan dalam bahasa inggris dan aku cukup sulit untuk mengemukakan beberapa kata saat speaking meski poin yang ingin ku kemukakan sangat banyak. Yah semoga tidak dipermasalahkan oleh psikolog.
Setelah LGD beberapa teman kelompokku kemudian pulang karena memang sudah ada yang selesai wawancara kemarin dan beberapa mendapat jadwal wawancara besok. Hanya aku dan seorang lelaki yang dapat jadwal wawancara hari ini juga. Sayangnya jadwal wawancaraku masih sangat lama jadi akupun merasa sedikit bosan dan mengantuk. Dan benar saja aku mendapat jadwal wawancara paling terakhir untuk hari itu. Bahkan saat sudah di lantai 6 untuk antri wawancara aku masih harus menunggu lama karena yang sebelumku baru saja masuk. Akhrinya tibalah waktuku untuk wawancara. Aku melangkah gontai ke meja tempatku wawancara yaitu meja lima dan hal itu diperhatikan oleh 3 orang pewawancara yang sudah siap untuk mewawancaraiku. Dengan bahasa Indonesia, seorang bapak yang di tengah menyuruhku untuk tidak tegang dan menarik napas panjang untuk merilekskan diriku. Setelah cukup rileks wawancara dimulai dan ternyata full english untukku. Padahal kata temanku yang sudah lulus ia diwawancarai 70 % bahasa Indonesia dan 30 % bahasa Inggris. Kata teman yang lain juga begitu bahwa mereka diwawancarai mix bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Berbagai pertanyaan diajukan dan aku lumayan kesulitan untuk menjawab dengan bahasa Inggris patah-patah acakadut apalagi mengenai masalah studi plan dan tesis yang akan diambil. Yah wawancara memang kelemahanku sejak dulu. Kadang kepalaku mengeluarkan kata-kata yang tidak kupikirkan sebelumnya dan akhirnya baru kusesali kemudian. Meski begitu aku tetap berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Adapun beberapa pertanyaan yang kuingat adalah..

1.      Siapa namamu?
2.      Jelaskan tentang dirimu?
3.      Apa Universitas dan Program yang diambil dan kenapa harus itu?
4.      Apa rencanamu ketika lulus?
5.      Apa waktu paling sulit dalam hidupmu?
6.      Apa makna satu nusa satu bangsa bagimu?
7.      Pernahkah kau mengalami konflik beda agama dan ras dengan orang lain?
8.      Pernahkah kau mengalami kesulitan beradaptasi di lingkungan yang baru?
9.      Apa persiapanmu untuk tinggal di luar negeri yang asing dan jauh?

Kesemua pertanyaan ini dalam bahasa Inggris dan mungkin beberapa nomor hampir sama dengan pertanyaan yang diajukan kepada peserta lain. Aku cukup menyesal belum fix di bagian studi plan jadi masih susah merasionalkannya untuk pewawancara agar mereka paham kenapa aku memilihnya. Salahku juga sih tidak mendiskusikan studi planku dengan teman yang lain untuk mencari pendapat dan masukan. Yah setidaknya meskipun sangat melelahkan akhirnya tes substansiku selesai dan aku tinggal menunggu hasilnya yang baru akan diumumkan bulan depan. Semoga aku diberi kesempatan untuk mewujudkan mimpiku kuliah di luar negeri karena berdasarkan jarak kelulusan dan pendaftaran, kali ini adalah yang pertama dan terakhir aku mengikuti tes LPDP Afirmasi. Jika kali ini aku tidak lolos aku harus mendaftar lewat jalur reguler tahun depan dan otomatis harus berjuang tenaga dan biaya besar untuk IELTS karena reguler sudah tidak menerima TOEFL.
Demikian cerita yang bisa kubagi soal pengalamanku mengikuti tes LPDP 2017 khususnya Afirmasi Bidikmisi untuk beasiswa luar negeri.
Dan eng ing eng, hasilnya sudah keluar. Aku GAGAL ! Hiks.
What Next???
Ay^^!!

Comments

Popular posts from this blog

Itazura na Kiss in all versions

Hajimemashite.. Maaf lagi sok Jepang.. Kali ini aku mau bahas soal salah satu Dorama Jepang yang saking populernya sampe diadaptasi dalam berbagai versi. Eng ing eng.. Itazura na Kiss.. Sudah pada nonton versi apa saja? Tenang aku juga belum nonton semua kok. Tapi bagaimana pun versinya kisahnya Cuma satu yaitu bercerita tentang Seorang cewek SMA yang kurang pintar dari kelas F (disini kelas dibagi berdasarkan kepintaran muridnya dan diurut dari A untuk yang paling pintar hingga F untuk yang paling kurang pintar) bernama Aihara Kotoko yang jatuh cinta dengan orang paling populer di sekolahnya dari kelas A bernama Irie Naoki sejak tahun pertama. Di tahun seniornya, Ia kemudian mengakui perasaannya lewat surat cinta kepada Naoki dan ditolak mentah-mentah dengan alasan Naoki benci gadis bodoh. Pada hari yang sama Kotoko kehilangan rumahnya karena suatu musibah (di setiap serial beda-beda eui musibahnya) dan bersama ayahnya terpaksa menumpang di rumah teman ayahnya yang ternyata adala

Cheese in the Trap : Drama vs Movie

Note : Spoiler Alert! Jadi buat yang belum nonton, waspadalah. Hehe Akhirnya bisa nonton juga film yang udah ditunggu sejak dulu. Sejak sebel banget sama dramanya yang punya ending gaje. Tentu saja berharap banyak film ini akan menjawab segala kekesalan dengan ending yang lebih jelas, eh gak taunya…. Hiks.

Profil Deng Lun

Mumet dengan kerjaan, jadi mau update lagi deh biar fresh. Kali ini aku mau nulis profil salah satu aktor China favoritku. Awalnya mau nulis Yang Yang sih tapi dianggurin aja datanya. Nanti deh. Sekarang soalnya ngebet banget sama si senyum lebar, Deng Lun. Soalnya drama yang dia bintangi tuh oke banget. Ini dia profilnya Nama: Deng Lun Born: October 21 st , 1992 (yes, kami Cuma beda setahun) in Shijiazhuang, Hebei Prov Tinggi: 185 cm Berat: 65 kg Deng Lun merupakan lulusan Shanghai Theatre Academy dan memulai karirnya sejak 2013 dalam Drama TV berjudul “Flowers in Fog” (belum nonton sih) kemudian main di beberapa drama lainnya dan akhirnya karirnya terus menanjak. Aku sendiri jatuh hati sama dia waktu dia main di drama berjudul “Because of Meeting You” yang merupakan drama remake dari drama Korea berjudul “Jang Bo-ri is here”. Di drama ini ia berperan sebagai Li Yunkai, seorang pengacara yang merupakan teman masa kecil tokoh utama perempuan. Perannya yang ceria dan