1.
Kasus
Tewasnya
Osama bin Laden oleh pasukan khusus Amerika Serikat dalam serangan tahun 2011
di sebuah rumah di Abbotabad menciptakan kontroversi sendiri bagi CIA. Kelompok
Taliban menuduh CIA telah melakukan upaya mata-mata terselubung dengan memanfaatkan
program vaksinasi Polio yang dilakukan oleh WHO dan UNICEF. Atas dasar tuduhan
ini, kelompok Taliban menyerang berbagai tempat vaksinasi massal dan membunuh
banyak petugas vaksin di Pakistan.
Kegiatan
spionase yang dilakukan oleh CIA dengan berkedok vaksinasi telah terbukti
dengan ditangkapnya Dr. Shakil
Afridi oleh Inter-Services Intelligence
Agency (ISI) Pakistan. Lewat Dr. Shakil Afridi yang membagikan vaksin
gratis untuk mencegah Hepatitis B di Abbotabad, CIA merencanakan program
vaksinasi palsu untuk melacak keberadaan Osama. Vaksin ini untuk mengambil DNA
dari anak-anak yang ada di Abbotabad untuk mengetahui keberadaan Osama dan
keluarganya dengan mencocokkannya dengan DNA saudara perempuan Osama yang
meninggal di Boston pada tahun 2010.
Intelijen Pakistan mulai curiga saat
Dr. Afridi memberikan Vaksin di Bilal Town yang sama sekali tidak terjangkit
wabah. Dr. Afridi kemudian ditangkap dan didakwa 33 tahun penjara dengan
tuduhan melakukan kegiatan mata-mata. Atas hal ini, hubungan Pakistan dan
Amerika mulai memburuk. Pakistan marah kepada Amerika karena tindakan
spionasenya dan Amerika marah kepada Pakistan yang dinilai telah membiarkan
Osama berada di Abbotabad lebih dari lima tahun.
2.
Input
Sejak
dilaporkan oleh harian the guardian pada Juli 2011, pemanfaatan kegiatan
vaksinasi untuk kepentingan intelijen yang dilakukan oleh CIA menuai protes
dari banyak pihak. Taliban kemudian mengarahkan serangan ke semua tempat vaksin
dan membunuh petugas vaksinasi. Protes juga timbul dari masyarakat Pakistan
yang kemudian ikut tidak percaya pada Vaksin Polio yang diberikan oleh WHO.
Pada tahun 2012, Pakistan menjadi satu-satunya negara dengan tingkat penderita
Wabah Polio yang semakin meningkat. Atas pembunuhan yang terjadi pada para
petugas kesehatan yang melakukan vaksinasi oleh kelompok Taliban, PBB
menangguhkan pemberian vaksinasi Polio di Pakistan pada 2012. Hingga Mei 2014
terhitung 56 orang tewas akibat serangan Taliban, tidak hanya petugas vaksinasi
tapi juga satuan pengamanan dari WHO.
Di
Amerika sendiri, pada Januari 2013, sekitar 12 dekan fakultas kesehatan dari
berbagai universitas ternama di Amerika melayangkan surat protes terhadap
pemerintahan Obama terkait penggunaan Vaksinasi untuk kepentingan intelijen. Mereka
menganggap pembunuhan yang terjadi terhadap petugas kesehatan karena CIA yang
menggunakan vaksin palsu. Menurut mereka program kesehatan umum tidak
semestinya digunakan untuk operasi tertutup. Mereka mengatakan dalam suratnya :
“While political and security agendas
may by necessity induce collateral damage, we as a society set boundaries on
these damages, and we believe this sham vaccination campaign exceeded those
damages,”
Reaksi
pemerintah Pakistan sendiri setelah mengetahui hal ini kemudian segera
menangkap Dr. Afridi dengan tuduhan bekerjasama dengan kelompok militan dan
dipenjara pada 2012 di Pakistan.
3.
Proses
Sejak
penangkapan Dr. Shakil Afridi yang dianggap membantu CIA menangkap Osama Bin
Laden, Amerika kemudian secara aktif membahas kasus ini dalam rapat-rapat yang
diadakan oleh Kongres dan Kementrian Luar Negeri Amerika. House Of Refresentatif menawarkan untuk tidak memberi bantuan
apapun terhadap Pakistan yang masih memenjarakan Dr. Afridi karena jasanya
dalam membantu Amerika. Berdasarkan pernyataan juru bicara Kementrian Luar
negeri Amerika Serikat Jen Psaki pada Press Briefing 20 Mei 2014 menyatakan :
“We remain
concerned about Dr. Afridi’s case. We have clearly communicated our position,
as we consistently have, to Pakistan, both in public and in private. We
continue to raise this issue at the highest levels during discussions with
Pakistan’s leadership. Our position has long been clear and has not changed. We
believe his treatment is unjust and unwarranted. We regret that he was
convicted and the severity of his sentence”
Sebelumnya pada press briefing Januari
2014, Marie Harf juru bicara kemenlu juga menyatakan :
“We regret
that he was convicted and the severity of his sentence and would argue that his
prosecution and conviction sends absolutely the wrong message about the fight
against al-Qaida, about the importance of our shared interest in bringing Usama
bin Ladin to justice. So again, we’ll review the legislation and comply with
whatever law ends up being put in place.”
Meski
menolak untuk berpendapat mengenai kasus ini, lewat juru bicaranya Dean Boyd,
direktur CIA yaitu John Brennan mengatakan :
"took
seriously the concerns raised by the public health community, examined them
closely and took decisive action."
4.
Output
Kongress
Amerika Serikat kemudian melakukan jajak pendapat mengenai pemotongan bantuan
dana militer terhadap Pakistan sebesar 33 juta dollar dari jumlah $1.1 milyar spending bill untuk Pakistan baik
Militer dan Non Militer. Hal ini berdasarkan dokumen 1.582 halaman 1327 yang
menginginkan pembebasan Dr, Afridi. Spending
Bill disetujui oleh Mayoritas Senate dan House of Representatif pada Mei
2013.
Mengenai
surat protes yang dikirimkan oleh dekan fakultas kesehatan, Penasehat Presiden
Obama mengenai penanganan masalah Terorisme yaitu Lisa Monaco mengirimkan surat
ke seluruh dekan fakultas kesehatan setahun kemudian pasca dikirimkannya surat
protes. Lewat suratnya yang diunggah oleh Yahoo News, Monaco menyatakan bahwa
CIA telah setuju untuk menghentikan pemanfaatan kegiatan Vaksinasi untuk
kepentingan inteligen dan tidak menggunakan data genetik yang diperoleh dari
berbagai fasilitas kesehatan.
5.
Kesimpulan
Dalam
melihat bagaimana pengambilan sebuah kebijakan luar negeri suatu negara harus
dilihat dari input dan prosesnya. Karena pengambilan keputusan meski
dikeluarkan secara resmi oleh pemerintah, namun dalam pembuatannya dipengaruhi
oleh banyak pihak. Bukan hanya komponen pemerintah seperti Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif tapi juga oleh
kelompok kepentingan. Misalnya saja pada kasus pemanfaatan kegiatan
vaksinasi untuk kepentingan intelijen CIA mendapat protes dari Para ahli
kesehatan dikarenakan menimbulkan “mistrust” terhadap kinerja pelayanan
kesehatan. Hal ini kemudian memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
menghentikan kegiatan tersebut.
Dari proses
pengambilan kebijakan patut diperhatikan bagaimana hubungan antara legislatif
dan eksekutif terkait kebijakan yang akan diambil. Hal ini sering terjadi di
negara yang menganut “Balance of Power”
seperti Amerika Serikat. Dalam kasus ini terlihat bagaimana pemisahan kekuasan
oleh Legislatif dan Eksekutif dimana masalah anggaran berada di tangan
Legislatif dan pengambilan kebijakan luar negeri berada di tangan Eksekutif.
Surat dari Dekan kepada Presiden Obama
January 6, 2013Dear President Obama,
In the first years of the Peace Corps, its director, Sargent Shriver, discovered that the Central Intelligence Agency (CIA) was infiltrating his efforts and programs for covert purposes. Mr. Shriver forcefully expressed the unacceptability of this to the President. His action, and the repeated vigilance and actions of future directors, has preserved the Peace Corps as a vehicle of service for our country’s most idealistic citizens. It also protects our Peace Corps volunteers from unwarranted suspicion, and provides opportunities for the Peace Corps to operate in areas of great need that otherwise would be closed off to them.
In September Save the Children was forced by the Government of Pakistan (GoP) to withdraw all foreign national staff. This action was apparently the result of CIA having used the cover of a fictional vaccination campaign to gather information about the whereabouts of Osama Bin Laden. In fact, Save the Children never employed the Pakistani physician serving the CIA, yet in the eyes of the GoP he was associated with the organization. This past month, eight or more United Nations health workers who were vaccinating Pakistani children against polio were gunned down in unforgivable acts of terrorism. While political and security agendas may by necessity induce collateral damage, we as an open society set boundaries on these damages, and we believe this sham vaccination campaign exceeded those boundaries.
As an example of the gravity of the situation, today we are on the verge of completely eradicating polio. With your leadership, the U.S. is the largest bilateral donor to the Global Polio Eradication Initiative and has provided strong direction and technical assistance as well. Polio particularly threatens young children in the most disadvantaged communities and today has been isolated to just three countries: Afghanistan, Nigeria and Pakistan. Now, because of these assassinations of vaccination workers, the UN has been forced to suspend polio eradication efforts in Pakistan. This is only one example, and illustrates why, as a general principle, public health programs should not be used as cover for covert operations.
Independent of the Geneva Conventions of 1949, contaminating humanitarian and public health programs with covert activities threatens the present participants and future potential of much of what we undertake internationally to improve health and provide humanitarian assistance. As public health academic leaders, we hereby urge you to assure the public that this type of practice will not be repeated.
International public health work builds peace and is one of the most constructive means by which our past, present, and future public health students can pursue a life of fulfillment and service. Please do not allow that outlet of common good to be closed to them because of political and/or security interests that ignore the type of unintended negative public health impacts we are witnessing in Pakistan.
Sincerely,
Pierre M. Buekens, M.D., M.P.H., Ph.D.
Dean, Tulane University School of Public Health and Tropical Medicine*
James W. Curran, M.D., M.P.H.
Dean, Rollins School of Public Health, Emory University*
John R. Finnegan Jr., Ph.D.
Professor and Dean, University of Minnesota School of Public Health*
Chair of the Board, Association of Schools of Public Health*
Julio Frenk, M.D., M.P.H., Ph.D.
Dean and T&G Angelopoulos Professor of Public Health and International Development
Harvard School of Public Health*
Linda P. Fried, M.D., M.P.H.
Dean, Mailman School of Public Health, Columbia University*
Howard Frumkin, M.D., Dr.P.H.
Dean, School of Public Health, University of Washington*
Lynn R. Goldman, M.D., M.P.H.
Professor and Dean, School of Public Health and Health Services, George Washington University*
Jody Heymann, M.D., M.P.P., Ph.D.
Dean, UCLA Fielding School of Public Health*
Michael J. Klag, M.D., M.P.H.
Dean, Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health*
Martin Philbert, Ph.D.
Dean, School of Public Health, University of Michigan*
Barbara K. Rimer, Dr.P.H.
Dean and Alumni Distinguished Professor
UNC Gillings School of Global Public Health*
Stephen M. Shortell, Ph.D.
Dean, School of Public Health, University of California Berkeley*
*Institutional affiliation is provided for identification only.
cc:
Regina M. Benjamin, United States Surgeon General
Hillary Rodham Clinton, Secretary of State
Thomas Frieden, Director, Centers for Disease Control and Prevention
Howard Koh, Assistant Secretary of Health
Michael J. Morell, Acting Director of the Central Intelligence Agency
Janet Napolitano, Secretary of Homeland Security
Kathleen Sibelius, Secretary of Health and Human Services
Surat dari Lisa Monaco untuk Dekan
Daftar Pustaka
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2014/01/140121_pakistan_polio.html,
diakses pada 26 Mei 2014
http://www.state.gov/r/pa/prs/dpb/2013/11/218086.htm, diakses pada 26 Mei 2014
http://tribune.com.pk/story/659809/us-spending-bill-2014-freeing-dr-shakil-afridi-vs-losing-33m/,
diakses pada 26 Mei 2014
http://www.aljazeera.com/news/asia/2012/05/201252503242437959.html
http://www.theguardian.com/world/2011/jul/11/cia-fake-vaccinations-osama-bin-ladens-dna,
diakses pada 26 Mei 2014
http://www.nytimes.com/2012/07/10/health/cia-vaccine-ruse-in-pakistan-may-have-harmed-polio-fight.html,
diakses pada 26 Mei 2014
http://www.virology.ws/2013/01/08/deans-write-to-obama-about-cia-vaccine-scheme-in-pakistan/,
diakses pada 26 Mei 2014
http://beta.congress.gov/congressional-record/2014/03/14/house-section/article/h2478-1/?q={%22search%22%3A[%22cut+aid+in+pakistan%22]}
, diakses pada 26 Mei 2014
http://www.nytimes.com/2014/05/20/us/us-cites-end-to-cia-ruses-using-vaccines.html?src=recg,
diakses pada 26 Mei 2014
http://www.foxnews.com/politics/2014/05/20/white-house-says-cia-will-stop-using-vaccination-programs-as-cover-for/,
diakses pada 26 Mei 2014
Comments
Post a Comment