"Pengaruh Harga Tambang Terhadap Daya Beli Masyarakat di Pasar Balikpapan Permai"
yang di atas itu bukan judul skripsi, bukan. aku bukan anak ekonomi. aku juga bukan mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi. sudah bukan. yang diatas adalah selingan kisah yang akan kuceritakan dalam pengalamanku tinggal di Balikpapan.
Selain ngurus anak (nasib pengangguran). sekali-kali aku juga ikut kakakku menjual di pasar (jangan tertawa, tidak ada yang salah dengan pasar). Jangan salah, kakakku berjualan pakaian anak-anak dengan branded-branded ternama kualitas original. Kami menjual mulai dari merk Gap, GW, L.Nice, HM dan Nak-Nak. Yang sering beli baju online pasti sudah akrab dengan merk-merk yang memang terkenal di kalangan anak-anak sejak dahulu kala.
Kami menjual di pasar Balikpapan Permai yang lebih dikenal dengan BP. Kios jualan sendiri cukup strategis karena dekat dengan jalan masuk tepatnya dibelakang penjual emas. Luas kiosnya sendiri sekitar 3x2 meter. Kakakku sudah menjual sejak 2 tahun lalu. Ia menyewa kios ini dari tante yang yang menjual emas didepan. Kenapa baju anak-anak? Karena penjual terdahulu juga jualan baju anak-anak dan pangsa pasar untuk baju anak-anak dinilai cukup menjanjikan karena anak-anak terus tumbuh jadi selalu membutuhkan baju baru bukan cuma untuk gaya-gayaan.
Well, hari-hari pertama ikut berjualan yang kurasakan adalah bosan sebosan bosannya. Sebagaimana penjual pada umumnya yang punya kios. Kita hanya menunggu pembeli atau menawarkan jualan pada pembeli yang lewat. Dan berbeda dengan pasar-pasar pada umumnya di Sulawesi sana yang ramai dengan pembeli yang lalu lang, di BP ini orang yang lalu lalang dalam pasar bisa di hitung dengan jari (sepinya mirip hutan belakang rumah, lebay masih ramai dengan suara penjual yang menggosip ria). Beberapa hari bahkan tidak ada pembeli secuil pun di Kios. Setiap lembar pakaian yang laku menjadi anugrah tiada tara bagi kami karena itu adalah secercah harapan untuk hari ini.
Mengapa demikian? Mengapa sepi?
Seperti yang kutulis sebelumnya, Kaltim yang pendapatan daerahnya sebagian dari tambang dalam hal ini batu bara mengalami resesi berkepanjangan dengan anjloknya harga batu bara. Hal ini berdampak pada daya beli masyarakat yang sebagian besar penghasilannya bergantung kepada tambang. Pasar sebagai pusat jual-beli dan tawar-menawar masyarakat sangat merasakan dampaknya. Apalagi sektor sandang seperti pakaian yang bukan kebutuhan utama dan hanya dibeli sekali-kali. Bahkan memasuki bulan Ramadhan, tidak terjadi peningkatan penjualan yang signifikan. Derita ini bukan hanya kami yang rasakan, hampir seluruh pasar mungkin merasakan sepinya jualan di BP.
Nah, lupakan sejenak soal resesi. Aku punya sedikit tips buat kalian yang ingin berjualan pakaian anak-anak.
Meski berjualan di pasar bukan hypermart atau mall tapi kualitas tetap harus utama. Soalnya pakaian merupakan kebutuhan yang digunakan sehari-hari tapi hanya dibeli sekali-kali makanya kualitasnya harus bagus. 100% cotton, Original, branded dan kenyamanan nomor 1. Pilihlah merk-merk pakaian yang sudah terkenal dengan kualitasnya. Pakaian anak hasil pabrikan dengan harga miring biasanya punya kualitas rendah, jadi mending beli grosiran dari online shop yang sudah terpercaya misalnya brandedbabys.com, belanjapasarpagi.com, grosirbajuku.com dan lain-lain. Di sana ada pilihan merk baju yang sudah disebutkan di awal. Dan meski online tapi barang yang datang tidak mengecewakan.
Yup sekian kisahku tentang jualan di BP, semoga resesi segera berakhir, tambang jadi lancar, jualan banyak yang laku. aamiin..
ps : buat yang mau beli baju lebaran, belilah ke pasar. Selain kualitasnya hampir sama dengan TC atau Mall juga harganya bisa lebih murah karena tidak pake pajak. Iklan layanan masyarakat ini dipersembahkan oleh.. haha.. apasih..
Oh iya ada yang bisa di contoh dari pedagang-pedagang di BP. Karena disini ada mushola jadi tiap waktu shalat, para pedagang akan berganti-gantian untuk pergi shalat. Betul-betul Balikpapan kota Beriman.
yang di atas itu bukan judul skripsi, bukan. aku bukan anak ekonomi. aku juga bukan mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi. sudah bukan. yang diatas adalah selingan kisah yang akan kuceritakan dalam pengalamanku tinggal di Balikpapan.
Selain ngurus anak (nasib pengangguran). sekali-kali aku juga ikut kakakku menjual di pasar (jangan tertawa, tidak ada yang salah dengan pasar). Jangan salah, kakakku berjualan pakaian anak-anak dengan branded-branded ternama kualitas original. Kami menjual mulai dari merk Gap, GW, L.Nice, HM dan Nak-Nak. Yang sering beli baju online pasti sudah akrab dengan merk-merk yang memang terkenal di kalangan anak-anak sejak dahulu kala.
Kami menjual di pasar Balikpapan Permai yang lebih dikenal dengan BP. Kios jualan sendiri cukup strategis karena dekat dengan jalan masuk tepatnya dibelakang penjual emas. Luas kiosnya sendiri sekitar 3x2 meter. Kakakku sudah menjual sejak 2 tahun lalu. Ia menyewa kios ini dari tante yang yang menjual emas didepan. Kenapa baju anak-anak? Karena penjual terdahulu juga jualan baju anak-anak dan pangsa pasar untuk baju anak-anak dinilai cukup menjanjikan karena anak-anak terus tumbuh jadi selalu membutuhkan baju baru bukan cuma untuk gaya-gayaan.
Well, hari-hari pertama ikut berjualan yang kurasakan adalah bosan sebosan bosannya. Sebagaimana penjual pada umumnya yang punya kios. Kita hanya menunggu pembeli atau menawarkan jualan pada pembeli yang lewat. Dan berbeda dengan pasar-pasar pada umumnya di Sulawesi sana yang ramai dengan pembeli yang lalu lang, di BP ini orang yang lalu lalang dalam pasar bisa di hitung dengan jari (sepinya mirip hutan belakang rumah, lebay masih ramai dengan suara penjual yang menggosip ria). Beberapa hari bahkan tidak ada pembeli secuil pun di Kios. Setiap lembar pakaian yang laku menjadi anugrah tiada tara bagi kami karena itu adalah secercah harapan untuk hari ini.
Mengapa demikian? Mengapa sepi?
Seperti yang kutulis sebelumnya, Kaltim yang pendapatan daerahnya sebagian dari tambang dalam hal ini batu bara mengalami resesi berkepanjangan dengan anjloknya harga batu bara. Hal ini berdampak pada daya beli masyarakat yang sebagian besar penghasilannya bergantung kepada tambang. Pasar sebagai pusat jual-beli dan tawar-menawar masyarakat sangat merasakan dampaknya. Apalagi sektor sandang seperti pakaian yang bukan kebutuhan utama dan hanya dibeli sekali-kali. Bahkan memasuki bulan Ramadhan, tidak terjadi peningkatan penjualan yang signifikan. Derita ini bukan hanya kami yang rasakan, hampir seluruh pasar mungkin merasakan sepinya jualan di BP.
Nah, lupakan sejenak soal resesi. Aku punya sedikit tips buat kalian yang ingin berjualan pakaian anak-anak.
Meski berjualan di pasar bukan hypermart atau mall tapi kualitas tetap harus utama. Soalnya pakaian merupakan kebutuhan yang digunakan sehari-hari tapi hanya dibeli sekali-kali makanya kualitasnya harus bagus. 100% cotton, Original, branded dan kenyamanan nomor 1. Pilihlah merk-merk pakaian yang sudah terkenal dengan kualitasnya. Pakaian anak hasil pabrikan dengan harga miring biasanya punya kualitas rendah, jadi mending beli grosiran dari online shop yang sudah terpercaya misalnya brandedbabys.com, belanjapasarpagi.com, grosirbajuku.com dan lain-lain. Di sana ada pilihan merk baju yang sudah disebutkan di awal. Dan meski online tapi barang yang datang tidak mengecewakan.
Yup sekian kisahku tentang jualan di BP, semoga resesi segera berakhir, tambang jadi lancar, jualan banyak yang laku. aamiin..
ps : buat yang mau beli baju lebaran, belilah ke pasar. Selain kualitasnya hampir sama dengan TC atau Mall juga harganya bisa lebih murah karena tidak pake pajak. Iklan layanan masyarakat ini dipersembahkan oleh.. haha.. apasih..
Oh iya ada yang bisa di contoh dari pedagang-pedagang di BP. Karena disini ada mushola jadi tiap waktu shalat, para pedagang akan berganti-gantian untuk pergi shalat. Betul-betul Balikpapan kota Beriman.
Comments
Post a Comment