Spoiler Alert!!!!!
Baru kali ini nonton
drama malah mengabaikan sisi romancenya dan fokus ke yang lainnya. Mungkin
benar judul drama ini romance tuh Cuma bonus aja, lebih penting bagian bukunya.
Baru sampai episode 7 dan 8 eh nemu lagi berbagai hal yang book related.
Kali ini pak Hong
mengajukan agar penerbit bisa menerbitkan buku puisi. Soalnya kasian sama
pengarangnya. Tapi direktur gak setuju dan malah tidak mengijinkannya untuk
mentraktir penulis tersebut dengan rekening perusahaan. Di beberapa episode
sebelumnya sempat ada scene seorang penulis puisi bilang “ untuk apa menulis
puisi? Tidak ada yang membacanya. Puisiku gratis. Semuanya ada di internet. Ada
bedebah yang mengunggah seluruh buku puisiku. Aku akan kaya jika bisa mendapat
100 won per puisi”. Ngenes banget kan.. padahal kita suka sekali mengutip bait
puisi untuk caption medsos hasil googling tapi gak sadar buat beli buku puisi.
Nah karena ketidakcocokan
akhirnya pak Hong malah cekcok dengan direktur. Eun Ho kemudian memberi pak
Hong kartu kreditnya untuk mentraktir penulis puisi tersebut. Ia berjanji akan
membujuk direktur agar prosa dari penulis tersebut bisa di terbitkan. Tapi Pak
Hong masih berharap yang diterbitkan adalah buku puisinya. Eun Ho kemudian
bilang bahwa buku puisi takkan laku dijual. Di bawah ini screen shoot
pembicaraan mereka.
Hal menyedihkan terjadi
saat pak Hong akan ke rumah penulis itu. Ia terus menghubunginya tapi tidak
mendapat jawaban. Eun Ho menyusul dengan membawa beberapa makanan dan minuman.
Mereka bertemu dengan tetangga sekaligus pemilik rumah yang akan membawakan
makanan pada penulis tersebut. Tapi pintunya terkunci. Sang pemilik rumah
menawarkan untuk membukakan pintunya. Dan yang mereka dapat ternyata penulis
puisi itu sudah meninggal tanpa ada yang melihatnya. Pak Hong pun sangat
menyesal karena tidak menghubungi sang penulis lebih awal. Bersamaan dengan itu
direktur malah menelponnya dan berjanji untuk mencoba menerbitkan prosa sang
penulis. Sayang semuanya sudah terlambat.
Dari scene ini aku sadar
profesi penulis puisi sepertinya jadi profesi yang paling berat di dunia tulis
menulis. Eyang Sapardi Joko Damono, Bung Chairil Anwar dan Taufik Ismail
mungkin adalah contoh penulis puisi yang sukses dengan karya yang dikenang
sepanjang masa. Lang Leav dan Rupi Kaur juga mungkin berhasil menjadi penulis
puisi bagi kaum milenial. Tapi nyatanya yang mengutip mereka lebih banyak
dibandingkan yang membeli bukunya. Lalu bagaimana dengan penulis puisi yang
lainnya? Sedih rasanya. Dulu aku juga suka menulis puisi.
Di scene selanjutnya
Haerin curhat pada Eun Ho karena penulisnya tidak menyerahkan tulisan padahal
sudah lewat tenggat waktu dan waktu yang diberikan juga sudah diperpanjang 3x.
tapi jawaban Eun Ho menarik. Yah menjadi penulis adalah pilihan. Karena tidak
ada yang bisa memaksa jadi butuh mood dan komitmen diri sendiri kalau mau jadi
penulis produktif. Aku pernah ketemu dengan Bang Darwis yang membuat banyak
novel dan sebagian sudah difilmkan. Tapi malah gagal fokus sama kantong
matanya. Hehe. Kentara banget kalau dia kurang tidur. Aku memilih menjadikan
ini hobby saja. Soalnya tulisanku pun masih belum berfaedah. Hehe.
Lalu kisah terakhir
adalah Eun Ho yang mewawancarai seorang penulis tua yang bukunya akan
diterbitkan. Ia bilang kalau sekarang berbeda, dulu penulis hanya perlu menulis
dari rumah tapi sekarang harus mengikuti peluncuran buku dan membagi tanda
tangan. Setelah wawancara dan makan malam bersama sang penulis menyerahkan
tulisannya. Tulisan tersebut ditulis tangan dan Eun Ho bersama Dan-I bertugas
untuk mengetik dan mengeditnya. Beberapa penulis katanya lebih suka menulis
dengan tangan. Bisa dibayangkan bagaimana perjuangan menghasilkan tulisan yang
rapi dan jadi. Mendigitalisasikannya pun lebih susah lagi karena harus sesuai.
Pokoknya drama ini aku
rekomendasikan banget. Kita jadi banyak pengetahuan tentang buku dan lebih
mencintai buku. Di scene terakhir malah nemu penjelasan caption Eun Ho yang
mengutip Natsume Soseki yang bilang” dibandingkan mengatakan aku mencintaimu,
aku lebih suka bilang bulannya indah”. Ternyata itu karena orang Jepang tidak
terbiasa untuk terbuka dengan perasaannya dan tidak blak-blakan jadi mereka
lebih suka menggantinya dengan mengomentari suasana. Dan akhirnya Dan-I jadi
tahu kalau Eun Ho sebenarnya selalu bilang suka sama dia. Lah balik ke romance
lagi.. hehe.. bonus..
Yup, sekian review
soal episode 7-8. Akan dilanjutkan selama banyak scene yang book related.
Comments
Post a Comment