Skip to main content

Penelitian Sampai ke Jakarta

Kalo Rasulullah SAW bersabda, “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”, di HI kita dianjurkan untuk penelitian sampai ke Jakarta.
Kenapa Jakarta?
Mungkin karena ini Ibukota Negara, pusat pemerintahan Indonesia yang menjadi lokasi segala kantor-kantor resmi pemerintahan.
Mengikuti anjuran itu, kami yang sedang mengejakan skripsi kemudian berbondong-bondong ke Jakarta untuk penelitian. Ada yang bareng-bareng, ada yang sendiri.
Penelitian anak HI itu beda. Jangan pikir kami akan berada di Lab setiap hari dengan jas putih dan mengamati objek di mikroskop terus menerus, atau mencampurkan ramuan kimia dan melihat reaksinya. Atau mengamati dan mengukur perkembangan tumbuhan dalam pot. Atau mungkin sekedar membagi-bagi kuisioner. Tidak. Penelitian kami berbeda. Kami mengumpulkan data sebanyak banyaknya baik dari wawancara dengan ahlinya/penanggung jawab, sumber resmi seperti kedutaan, website resmi pemerintahan, buku, jurnal dan laporan. Data-data itu kemudian dianalisis sesuai judul yang diambil dan jadilah “Skripsi”
Well, terdengar gampang kan?
Sebenarnya tidak segampang itu..
Dengarkan dongeng membosankan tentang seorang gadis yang pergi penelitian di Ibukota.
Once upon a time.. (what?)
Pada zaman dahulu kala.. (Gak deh)
Di suatu desa… (c’mon)
Ok.. Langsung saja ke ceritanya.
Jadi, aku mungkin hampir sama dengan teman-temanku yang termakan panji-panji indahnya penelitian di Jakarta. Well, ini Ibukota.. tempat yang selama ini sangat ingin kukunjungi.. (Maklum, aku hanya pernah mengunjungi segelintir tempat di Indonesia). Lagipula teman-temanku sudah pergi semua dan pulang dengan membawa kisah serunya masing-masing. Sayangnya karena baru proposal di bulan Februari jadi aku baru bisa penelitian setelahnya. Padahal teman-teman sudah pergi semua. Ingin menunggu sampai ada yang proposal lagi malah buang-buang waktu sepertinya. Jadi dengan modal nekat dan tekad akupun pergi penelitian ke Jakarta seorang diri. Untungnya disana aku mempunyai seorang kakak yang rumahnya akan kutempati. Bisa dibilang ini juga pengalaman pertamaku naik pesawat sendirian. The little girl has grown up, rite?
Tepatnya di bulan Maret, aku lupa tanggalnya. Aku berangkat sendirian dengan modal seadanya baik secara finansial maupun persiapan penelitian. Untuk yang kedua ini sangat minim hanya berbekal surat permohonan meneliti yang ditandatangani wd 1. Aku bahkan tidak menemui pembimbing untuk sekedar berkabar bahwa aku akan meneliti. Tips pertama untuk kalian yang akan penelitian yaitu persiapan penelitian harus matang, sudah menghubungi instansi tempat meneliti sejak awal dan membuat daftar pertanyaan yang dikonsultasikan dengan pembimbing. Sebaiknya bab II telah selesai dikerjakan dan bab III telah dibuat komposisi sub-babnya.
Kembali ke kisahku..
Naik pesawat sendirian (maksudnya aku tidak kenal siapapun di pesawat), di jemput oleh kakak di bandara Soetta. Kemudian menuju rumah kakak di daerah Tanjung Priuk, Jakarta Utara. Well, aku sudah pernah cerita kan kalo di Tanjung Priuk banyak bermukim orang Salemo. Nah, tenyata rumah kakakku ini di sana. Tepatnya di daerah kalibaru. Sampai di sini jangan bayangkan Jakarta yang megah dengan gedung-gedung tingginya. Berada di Kalibaru membuatku seperti berada di Barukang (Mungkin karena sama-sama daerah pesisir dan dekat dengan pelabuhan). Bukan Cuma suasananya yang ala Barukang, tapi karena di banyak orang Salemo jadi kami hanya menggunakan bahasa Bugis untuk bercakap-cakap. Bukan Gue-Elo yang jadi bahasa gaul anak Jakarta. Rumah-rumah disini juga cukup sederhana dan berada di gang-gang sempit.
Saat sampai aku kemudian merencanakan akan kemana saja dan janjian dengan seorang teman yang kebetulan sedang berada di Surabaya dan punya rumah di Bekasi. Kakakku seorang pegawai kantoran yang sibuk, kantornya sendiri berada di Tangerang jadi setiap senin-Jum’at, Ia akan berangkat pagi-pagi sekali ke kantor dan pulang di sore-malam hari tergantung lalu lintas Jakarta. Jadi dia tidak bisa membantuku untuk sekedar mengantar ke tempat penelitian. Tips Kedua untuk kalian yang penelitian di Jakarta. Sebagai Ibukota tentu saja Jakarta bisa dibilang sudah sangat maju infrastrukturnya, khususnya transportasi. Untuk transport murah dan mudah sebaiknya gunakan Busway dan KRL. Sebelumnya download rute kedua transportasi tersebut dan pelajari rutenya. Di sinilah dibutuhkan smartphone dengan koneksi internet yang baik. Search lokasi tempat-tempat yang akan didatangi di Google Map.
Menggalau di KRL?
Untuk hari pertama, karena aku belum kenal jalan manapun, maka pacar dari ipar kakakku mengantarku ke stasiun cikini tempat aku menunggu teman yang naik kereta dari Bekasi. Setelah cukup lama akhirnya kami bertemu. Dan mulai merencanakan petualangan hari itu. karena hari pertama maka kami mempelajari dulu rute-rute dari peta jalur busway dan KRL. Kemudian dia mengajakku ke kota tua. Karena namanya kota tua yah bentuknya ala-ala jadul dengan alun-alun kota yang terletak ditengah dan dikelilingi oleh museum-museum. Jakarta ini surganya museum loh jadi kalo ke Jakarta aku lebih pilih ke museum daripada mallnya. Lebih murah.. hehe..
Kami menyusuri kota Tua, mencoba ketoprak dan selendang mayang. Di hari-hari lain aku udah cobain Kerak Telor, Nasi Pecel, Kue Ape, Cimol, Cilok, etc. Mengambil foto dengan stone mannya dan berkunjung ke museum seni rupa dan keramiknya. Saat pulang, kami berpisah di Stasiun Jakarta Kota, temanku kembali ke Bekasi naik KRL dan aku ke terminal busway dan memberanikan diri mencoba naik busway untuk pertama kalinya dan sendirian pula. Karena ini pertama kali, aku sempat kelewatan dan tidak tahu kalo harus turun di stasiun berganti busway. Ternyata terminal busway di Tanjung priuk adalah jalur akhir busway. Saat itu sudah magrib dan terminal tanjung priuk (katanya) adalah sarangnya kejahatan. Untungnya setelah telponan dengan ipar kakakku dia kemudian menjemputku di terminal.
Di Museum Keramik dan Seni Rupa
Hari kedua, setelah merasa memiliki keberanian untuk pulang sendiri naik busway, kali ini aku memberanikan diri untuk pergi sendiri ke stasiun cikini. Rutenya lumayan jauh harus naik angkot dua kali kemudian naik busway dan berkali-kali ganti busway. Khusus busway, aku tidak keberatan harus naik ini berjam-jam yang bikin capek adalah ketika harus ganti busway. Ada sebuah terminal busway yang bikin kapok yaitu Cempaka mas dan cempaka timur. Kedua terminal ini bersambung tapi jarak antara keduanya sepanjang sahabat raya (ukur saja sendiri). Belum lagi di jam-jam sibuk seperti pulang kantor, aku yang tinggal di Tanjung Priuk ini harus berdiri bergelantungan berjam-jam di Busway karena tempat duduk sudah penuh. Tapi satu hal yang kusuka dari Kota Besar ini adalah meski sudah sangat maju tapi budaya dan moral Indonesia masih sangat kental. Hal kecil seperti memberi tempat duduk pada perempuan masih ada. Meski terkadang Cuma berlaku buat yang tua sih yang muda kayak aku mah diabaikan saja.. hiks
Mungkin tidak usah cerita panjang lebar mengenai hari-hariku. Lansung saja ke penelitiannya. Eh tapi Tips Ketiga khususnya yang baru pertama kali ke Jakarta. Agar mudah menemukan kantor-kantor pemerintahan tempat akan meneliti, sebaiknya coba naik bus wisata keliling Jakarta. Bus ini berputar-putar antara monas, bundaran HI dan gedung-gedung pemerintahan. Bus ini gratis dan penumpangnya kebanyakan Bule. Dengan naik bus ini kita bisa tahu pasti posisi  dari gedung-gedung yang akan ditempati penelitian.
Jadi bagaimana penelitiannya?
Lancar sih tapi tidak juga.. hehe,, massu’nu?
Dari seabrek surat penelitian yang kubuat, aku hanya sempat mengunjungi beberapa tempat yaitu Gedung BI, Bappenas,dan Kementerian Luar Negeri. Gedung Bank Indonesia adalah yang pertama kukunjungi karena lebih mudah ditemukan. Gimana gak gampang coba, dari semua gedung pemerintahan yang sempat kulihat dan kulewati, gedung bi termasuk yang paling megah. Bangunannya saja terdiri dari gedung A, B, C, D yang menjulang. masuk gedung ini harus melewati pemeriksaan yang ketat sebelumnya. Di lobi aku sempat kesal karena dikira anak SMA, maklum kebiasaan Cuma pake baju kaos dan jins tidak seperti teman-teman lain yang suit up habis-habisan dan pake pakaian formal maupun semi formal. Sayangnya untuk penelitian di Bank Indonesianya tidak bisa jadi Cuma nongkrong di perpustakaannya menyalin data-data berita. Itupun surat penelitianku tidak dibalas karena syaratnya harus bolak balik perpus 3 hari berturut-turut baru bisa di kasih ket.penelitian. huh..
Bank Indonesia
Yang kedua adalah Bappenas, lain dengan tanggung jawabnya yang besar untuk merencanakan pembangunan negara setiap tahunnya. Gedung Bappenas cukup sederhana, besarnya mungkin tidak lebih dari rektorat kampusku. Pertama kali kesini orang yang ingin kuwawancarai sedang rapat dan disuruh datang lagi besok. Kali kedua aku memutuskan untuk pergi sendiri karena temanku berhalangan. Yang dasarnya jarak dari rumah ke Bappenas yang jauh jadi selalu datang pas istirahat, alhasil di suruh menunggu sampe jam istirahat selesai pukul 13.00 yang dibulatkan jadi pukul 13.30 (Mengertimamiki’). Oh iya, untuk ke Bappenas sendiri harus pake bajaj, tapi pilihnya bajaj yang pake gas bukan yang pake bensin. Soalnya suaranya tidak mengganggu dan lebih aman. Mahal iya. Trus biasanya kalo disuruh menunggu aku nunggunya di taman Suropati sambil melihat merpati dan sesekali menikmati alunan saxophone yang sedang dilatih (apasih?). Karena disekitar Bappenas gak ada penjual makanan, biasanya baru makan kalo sudah pulang itupun di Stasiun tepatnya indomaret dan makannya fast food. Hiks
Sebenarnya salahku sih yang penelitian dengan persiapan yang masih sangat mentah. Di Bappenas akhirnya ketemu staffnya dan wawancara selama satu jam berbekal daftar pertanyaan yang dibuat asal. Saat wawancara bukannya dapat data malah diomeli soal skripsi. Katanya latar belakangnya tidak jelas, anak hi tidak jelaslah penelitiannya juga tidak jelas, dan ujung-ujungnya cari di website. Langsung down sih.. tapi untungnya dibalik omelan itu, di kasih tau alur perencanaan dan pengelolaan utang yang akan jadi bekalku buat mengumpulkan data.
Tempat terakhir, ke Kementerian Luar Negeri alias ke Perpus Ali Alatas di Kemenlu. Sendiri lagi sih perginya. Disini Alhamdulillah dapat beberapa buku tentang ULN dan dibuatkan surat keterangan meneliti. Penjaga perpusnya juga ramah abis sih.
Selain gedung pemerintahan aku juga sempat ke Monas, meski tidak sempat masuk tapi sudah merasakan makan siang jam dua di pelataran Monas panas-panasan, menunya murah meriah lontong sayur. Tips Keempat, buat yang penelitian gak usah khawatir di Jakarta akan kelaparan. Banyak penjual pinggir jalan yang menyajikan makanan khas Jakarta dengan harga miring. Di hari-hari lain di kota tua aku udah cobain Kerak Telor, Nasi Pecel, Kue Ape, Cimol, Cilok, etc. Well, hampir setiap hari aku berkeliling Kota Tua sebelum pulang, soalnya kalo mau pulang harus naik busway lewat stasiun kota. Kemudian sempat naik bus wisata keliling bareng bule yang bikin nyesel kenapa gak dari awal nyobain, ke Museum Nasional (dasarnya jarang ke museum gak tau kalo museum itu libur hari senin terpaksa Cuma liat didepan aja). Sempat jalan-jalan ke rumah teman di Bekasi dan diajak ke Summarecon Mall trus nginap di rumahnya. Besoknya uji nyali ke Tanah Abang cari baju. Trus tentu saja ke Dufan. Perginya berdua sama adiknya iparku dan nyobain hampir semua permainannya.
Yup, itulah kisahku penelitian di Jakarta. Meski ujung-ujungnya harus cari data lagi lewat buku dan internet tapi pengalaman menjelajahi Jakarta bikin perjalanan ini jadi tidak sia-sia. Kalo aku ke Jakarta lagi suatu hari nanti aku akan mengunjungi lebih banyak tempat dan tidak akan salah pilih jalur busway lagi.
Makan Siang di Pelataran Monas
Ps: Sebenarnya Mall di Jakarta mungkin sudah lebih banyak daripada museumnya, tapi aku Cuma pernah sekali mengunjungi Mall di Jakarta yaitu .... (aku bahkan lupa namanya), itupun hanya untuk membelikan temanku pesanan masker yang sekarang entah dimana keberadaannya. Ayolah masa mengunjungi mall yang Cuma buang-buang uang, mending melihat setiap sudut Jakarta yang indah seperti museum dan tamannya. Enjoy reading and Thank U!

Comments

Popular posts from this blog

Profil Deng Lun

Mumet dengan kerjaan, jadi mau update lagi deh biar fresh. Kali ini aku mau nulis profil salah satu aktor China favoritku. Awalnya mau nulis Yang Yang sih tapi dianggurin aja datanya. Nanti deh. Sekarang soalnya ngebet banget sama si senyum lebar, Deng Lun. Soalnya drama yang dia bintangi tuh oke banget. Ini dia profilnya Nama: Deng Lun Born: October 21 st , 1992 (yes, kami Cuma beda setahun) in Shijiazhuang, Hebei Prov Tinggi: 185 cm Berat: 65 kg Deng Lun merupakan lulusan Shanghai Theatre Academy dan memulai karirnya sejak 2013 dalam Drama TV berjudul “Flowers in Fog” (belum nonton sih) kemudian main di beberapa drama lainnya dan akhirnya karirnya terus menanjak. Aku sendiri jatuh hati sama dia waktu dia main di drama berjudul “Because of Meeting You” yang merupakan drama remake dari drama Korea berjudul “Jang Bo-ri is here”. Di drama ini ia berperan sebagai Li Yunkai, seorang pengacara yang merupakan teman masa kecil tokoh utama perempuan. Perannya yang ceria dan

Itazura na Kiss in all versions

Hajimemashite.. Maaf lagi sok Jepang.. Kali ini aku mau bahas soal salah satu Dorama Jepang yang saking populernya sampe diadaptasi dalam berbagai versi. Eng ing eng.. Itazura na Kiss.. Sudah pada nonton versi apa saja? Tenang aku juga belum nonton semua kok. Tapi bagaimana pun versinya kisahnya Cuma satu yaitu bercerita tentang Seorang cewek SMA yang kurang pintar dari kelas F (disini kelas dibagi berdasarkan kepintaran muridnya dan diurut dari A untuk yang paling pintar hingga F untuk yang paling kurang pintar) bernama Aihara Kotoko yang jatuh cinta dengan orang paling populer di sekolahnya dari kelas A bernama Irie Naoki sejak tahun pertama. Di tahun seniornya, Ia kemudian mengakui perasaannya lewat surat cinta kepada Naoki dan ditolak mentah-mentah dengan alasan Naoki benci gadis bodoh. Pada hari yang sama Kotoko kehilangan rumahnya karena suatu musibah (di setiap serial beda-beda eui musibahnya) dan bersama ayahnya terpaksa menumpang di rumah teman ayahnya yang ternyata adala

Review Cry Me a Sad River

Kali ini mau bahas salah satu film China yang cukup ngena di hati dan bikin ikutan nangis.  Ini dia Profilnya Also known: Bei Shang Ni Liu Cheng He Genres: Friendship, School, Youth, Drama, Melodrama, Tragedy Country: China Release: 30 September 2018 Starring: Ren Min, Xin Yun Lai, Zhao Ying Bo Sinopsis: Yi Yao dan Qi Ming adalah tetangga dan teman masa kecil yang pergi ke kelas yang sama. Murid pindahan Tang Xiao Mi menyukai Qi Ming dan menjadi cemburu dengan hubungan baik Yi Yao dengannya. Dia mengikuti Yi Yao dan menemukan rahasia miliknya. Tang Xiao Mi kemudian menggunakan rahasia ini untuk memulai bullyingnya di sekolah dan semua siswa lain bergabung. Penindasan itu perlahan menghancurkan Yi Yao, sampai Gu Sunxi muncul disampingnya dan membantunya. Namun sebuah tragedi kembali menghancurkan Yi Yao. Comment: #SpoilerAlert Setelah terlalu banyak menonton drama kali ini tertarik nonton film China. Yup, mungkin kita hanya familiar dengan film-film action, kung fu maupun his