Mungkin banyak yang sudah akrab dengan kata
‘Salemo’, atau lebih tepatnya ‘bakso Salemo’ yang (katanya) enak. Aku sendiri
belum pernah coba, hanya melewati tempatnya yang ada di jalan sebelum tanjung
dan di.. ah aku lupa.
Maka dari itu jangan khawatir tulisan ini tidak akan
mereview tentang bakso salemo tapi salemo dalam hal ini pulau kecil kampung
halamanku dan mungkin juga kampung halaman yang punya bakso Salemo.. Pulau
Salemo..
Tepatnya disitulah kakek dari pihak ibuku berasal.
Salah satu pulau kecil yang terletak di Kabupaten Pangkep, luasnya mungkin
tidak lebih dari setengah Unhas, Sangat kecil kan? Dan dengan polosnya adikku
bertanya saat kami mengantar pengantin ke Salemo “Nanti saat sampai, apakah
akan naik mobil lagi?”. Di pulau kecil ini hanya dengan berjalan beberapa jam
kita sudah mengelilingi satu pulau, motor saja masih jarang apalagi mobil.
Lagipula susah menyeberangkan mobil dengan perahu kecil yang Cuma bisa
mengangkut tidak sampai 50 orang. (Lupakan tentang mobil J)
Untuk bisa ke pulau ini harus menggunakan perahu
lewat Dermaga Kassi Kebo di Tala selama 20-30 menit atau bisa juga susur sungai
lewat Dermaga Limbangan selama 1.30 jam. Aku sih seringnya lewat Kassi Kebo.
Keluargaku sendiri sudah sangat jarang ke pulau ini kecuali ada acara atau
pernikahan. Yah pulau ini sudah banyak berubah. Listrik sudah ada dan rumah
orang – orang disini sudah modern. Katanya diantara pulau-pulau di Pangkep,
hanya Salemo pulau yang punya sumber air tawar. Lucky us.
Seperti yang kubilang pulau ini kecil. Tepatnya
disebut desa Mattiro Bombang yang terletak di Kec. Liukang Tupabbiring. Pulau
ini terdiri atas ratusan rumah penduduk dan sebuah Mesjid besar yang terletak
ditengahnya. Bukan sebuah pulau wisata dengan resort dan pasir putih. Mesjidnya
sendiri merupakan peninggalan dari pesantren Salemo yang pernah didirikan di
pulau ini dan menjadikan pulau ini percontohan penerapan Syariah Islam. Bahkan
katanya Puang Ramma yang bernama lengkap Allahu Yarham Syaikh Sayyid al-Habib
Kiai Haji Jamaluddin Assegaf Puang Ramma al-Khalwatiah Syaikh Yusuf
al-Makassari al-Magfur Qaddasallahu Sirrah yang merupakan salah satu pendiri
Rabitathul Ulama (Organisasi yang menjadi cikal bakal berdirinya Nahdlatul
Ulama (NU)) berasal dari pulau ini.
Sekian gambaran umum dan sejarah tentang pulau ini.
Ayo berpindah ke hal menarik dari pulau ini..
People
Secara umum, orang – orang di Salemo adalah suku
bugis. Katanya ini karena dulu pulau ini pernah dikuasai oleh kerajaan Tanete
dari Barru. Khas orang bugis tentu saja ‘massompe’ atau melancong, begitu pun
dengan orang Salemo. Banyak penduduk yang keluar dari pulau, menjelajah
Indonesia untuk sekedar mencari penghidupan baru yang lebih menjanjikan. Di
wilayah Makassar, orang Salemo bisa ditemukan di daerah Barukang dan
Patingalloang. Di Barru sendiri, untuk keluargaku banyak di Desa Bojo. Di
Kalimantan Timur tersebar dari Balikpapan, Muara Jawa (Handil) dan Samarinda.
Di Jakarta, orang Salemo bisa di temukan di daerah sekitaran pelabuhan Tanjung
Priuk. Mungkin karena sudah sangat akrab dengan laut jadi meski sudah
meninggalkan pulau, tapi teteup tinggalnya di daerah sekitaran laut dan
pelabuhan. Hehe. Itu sejauh persebaran keluargaku sih, tapi yang dasarnya
Salemo pulau kecil jadi bisa dibilang satu pulau adalah keluargaku.
Salah satu penduduk Salemo bahkan menetap di Nabire
dan menjadi salah satu orang sukses di sana. Untuk menghargai pulau asalnya, Ia
kemudian menamai setiap usahanya dengan nama Salemo seperti CV Salemo Indah,
Taksi Salemo dan Salemo-Salemo lainnya.
Tradition
Tradisi di Salemo tentu saja dipengaruhi oleh
tradisi bugis baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam acara-acara
adatnya. Meski begitu pulau ini punya beberapa tradisi tersendiri yang cukup
unik. Ini bisa dilihat dari pernikahan misalnya. Ada satu tradisi unik yang
disebut “Mappatettong” yaitu kegiatan memberikan hadiah kepada mempelai
perempuan dari keluarga mempelai laki-laki sebelum memasuki rumah saat acara mapparola.
Keluarga laki-laki yang memberi hadiah biasanya perempuan baik itu saudara
perempuan, sepupu perempuan dan siapapun yang ingin memberi hadiah. Hadiah ini
diberi satu-satu dan bisa berupa apa saja. Suatu ketika sepupuku menikah dengan
keluarga di Salemo, aku lupa dengan kebiasaan ini dan tidak menyiapkan kado
apapun. Terpaksa aku hanya memberi amplop yang diisi uang (Jangan tanyakan
isinya berapa). Jadi yang mau menikahi gadis salemo jangan lupa ingatkan
kerabat perempuannya untuk menyiapkan hadiah. hehe
Food
Seperti halnya daerah pantai yang lain, pulau ini
kaya akan hasil laut. Meskipun sebenarnya orang-orang Salemo ada juga yang
membeli ikan di pangkep daratan. Tapi untuk hasil laut seperti Rajungan, pulau
ini salah satu pengekspor terbesar. Tau kan Rajungan? Kepiting air laut yang
punya ukuran lebih kurus dibanding kepiting air tawar dan rasanya bahkan lebih
enak dari kepiting air tawar. Sayangnya karena dagingnya diekspor jadi lebih
murah jika hanya membeli cangkangnya yang berisi dama’ (sebutan untuk telur
kepiiting yang warnanya kuning) dibanding beli kepiting utuh. Cangkang itu
kemudian diulah oleh jadi kepiting kambu (Kambu ini salah satu khas Pangkep,
biasanya dari kulit ikan yan diisi campuran daging ikan, kelapa goreng dan
bumbu rempah gula merah. Nah kalo di Salemo pake versi kepiting), biasa juga
diisi campuran sedikit daging kepiting, wortel dan kentang. Pokoknya enak lah.
Kalo misalnya kita sering makan gore gore (lauk khas
sulsel yang terbuat dari daging sapi yang dipotong kecil-kecil kemudian
dibumbui dan ditambah kentang yang sudah dipotong kecil dan digoreng, biasanya
dibuat saat lebaran atau pernikahan), nah di Salemo ini gore-gorenya bukan
daging tapi Tude (sejenis kerang). Mungkin karena yang masak jago jadi rasanya
sih gak kalah sama gore-gore daging, malah mirip-mirip.
Lanjut ke Bikandoang (Kalo di Makassar biasanya nama
lain dari Bakwan, tapi yang ini bukan bakwan). Kalo biasanya pudding itu
rasanya manis dengan topping buah, coklat dan sejenisnya, di Salemo kita
mendapat versi berbeda dari pudding. Di Salemo pudding nya berbahan dasar
udang, asin dan bisa jadi main course. Yup pudding ini disebut bikandoang.
Pudding udang ini dilapisi dengan santan dan diberi topping potongan udang,
bawang goreng dan seledri. Nyum..
Nah sekarang bahas gorengan (penganan andalan Indonesia). Orang Salemo sangat suka makan kambing (bukan binatang mbek yah). Kambing adalah gorengan khas Salemo, bentuknya mirip bakwan tapi dengan bahan sangat simple yaitu terigu, bawang merah, garam dan air yang di campur jadi satu kemudian di goreng. Kami juga biasa menyebutnya Kambeng Lasuna.
Satu lagi makanan yang should try dan unik. Di
Salemo, cocolan untuk makanan bukan saus atau sambal tapi “cao” yang terbuat dari ikan teri yang
difermentasi hingga jadi halus dan berwarna pink. Rasanya.. agak unik buat yang
pertama coba, tapi sangat cocok untuk cocolan mangga atau timun saat makan..
Itulah beberapa makanan yang unik dan khas ala
Salemo yang patut buat dicoba. Biasanya makanan-makanan ini disajikan kalo ada
acara pernikahan atau kalo ada yang datang dari salemo dan tidak di jual di toko
manapun.. hehe.. tapi beneran. Di Salemo aja gak ada yang jual..
Yup, sekian tulisanku tentang Salemo. Semoga bisa
bermanfaat bagi yang baca. Salemo mungkin bukan pulau yang dikunjungi untuk
berwisata tapi pulau ini punya sejarah yang panjang sebagai salah satu bukti
persebaran Islam di Nusantara. So, ayo ke Salemo..
P.S : Tulisan ini
dibuat berdasarkan pengalaman penulis dan googling dari berbagai sumber.
Kebenaran tentang sejarah bisa dicari sendiri. Google it!
Comments
Post a Comment