#30HariBercerita
Day 3
Kali
ini ingin bercerita tentang event keren yang dua hari ini kutongkrongi dan baru
aja selesai tadi. Yup, Japanese Film Festival (JFF) 2018 yang dilaksanakan di 4
daerah salah satunya Makassar. Di Makassar sendiri JFF 2018 ditempatkan di CGV Daya
Grand Square, 23-25 November 2018. JFF 2018 diselenggarakan oleh Japan Foundation
sejak tahun 2015. Kalau di Makassar sendiri aku taunya Cuma tahun lalu dan
tahun ini, tapi tahun lalu gak sempat datang.
Film-film yang ditayangkan JFF 2018 |
Alhamdulillah
tahun ini disempatin dan puas banget sama acaranya. Tahulah yah aku dari dulu
suka film dan dorama Jepang serta punya 45 aktor Jepang favorit, eh mau nambah lagi
setelah nonton di JFF. Ada 12 film yang bisa dipilih dan cukup membayar 10 ribu
tiap filmnya. Meski tidak bisa nonton semuanya sih soalnya selalu ada dua film
yang tayang bersamaan dan aku Cuma sempat datang Sabtu dan Minggu aja. Selain
bisa nonton film, kita juga bisa mendapatkan stiker lucu dengan mengisi angket
di google form cukup dengan menscan barcodenya. Selain itu, kita juga bisa dapat
souvenir berupa totebag dan t-shir JFF hanya dengan memperlihatkan tiket film
yang sudah di tonton untuk nantinya mendapat 1 stamp tiap filmnya. Kalau sudah
dapat 4 stamp bisa dapat totebag, kalau ada 7 stamp bisa dapat t-shir juga.
Yang bisa didapat di JFF 2018 |
Setelah
menghitung-hitung kemungkinan nonton dan waktu luangku, akhirnya pilih buat
nonton 4 saja alias ngarep dapat totebag gratisnya. Jadi aku akan menonton
Laughing under the Cloud dan Color Me True hari Sabtu lalu menonton Perfect
World dan Chihayafuru Part 3 hari Minggunya. Film-film ini dipilih setelah melihat
pemainnya ada Sota Fukushi, Kentaro Sakaguci, Ayase Haruka, Takanori Iwata dan
Shuhei Nomura. Sempat bingung juga soalnya liat nama Takeru Satoh dan Mizobata
Junpei di film lainnya, tapi gak bisa juga nonton semua. Temanku sudah terlebih
dulu membelikan tiketnya soalnya aku takut kehabisan, rencananya sih mau beli
pake gopay di go-tix ternyata lagi ada masalah di maintenance jadi gak bisa
padahal udah isi gopay. Trus dapat info kalau bisa beli tiket presale juga di
Traveloka tapi ternyata ada biaya tambahan 3 ribu pertiket, ribet juga kalau
harus ke ATM lagi buat transfer ya sudah OTS aja titip teman.
Pas
mau pergi ternyata hujan jadi ala princes diantar pake gocar, eh ternyata DGS
lagi rame banget kayak pasar seni. Ada banyak wahana di halamannya kayak
bianglala, kora-kora dan beberapa permainan lainnya. Ada juga banyak jejeran
stand makanan dan minuman, apalagi Sabtu malam rame banget. Aku langsung menuju
ke atas di lantai 4. Disana bertemu temanku dan ternyata juga ketemu banyak
teman waktu volunteer MIWF, soalnya emang JFF selalu kerja sama dengan Rumata’.
Laughing Under the Clouds |
Film
pertama yang akan kutonton mulainya jam 6.30 yaitu Laughing Under the Clouds. Aku
tertarik nonton film ini soalnya ada Sota Fukushi, salah satu favoritku juga. Apalagi
dia habis main di live actionnya Bleach dan ganteng banget disana. Ternyata
filmnya berlatar Meiji jadi sekilas berasa nonton Samurai X. Sota jadi anak sulung
keluarga Kumo yang harus merawat kedua adiknya karena orang tuanya di bunuh. Ia
kemudian harus berjuang menghadapi kemunculan orochi (ular raksasa) yang muncul
setiap 300 tahun sekali. Sota masih tetap ganteng sih tapi kok rambutnya
dikuncir kayak perempuan gitu, pake anting dan bakiak pula. Eh ternyata anting
dan bakiaknya merupakan peninggalan ibunya. Selain Sota, ada juga Furukawa Yuki
yang jadi kapten pasukan pemerintah dan Ren Kiriyama yang jadi anggota keluarga
Fuma yang mau menggunakan orochi untuk menggulingkan pemerintahan. Overall filmnya
lumayan soalnya banyak ketawanya judulnya aja ketawa. Hehe. Sota juga dari dulu
emang bikin jatuh hati dengan ketawanya.
Color Me True |
Film
kedua yang kunonton selanjutnya bergenre fantasy berjudul Color Me True. Film
ini ditayangkan bersamaan dengan Shoplipters yang dapat Palm d’or di Festival
Film Cannes. Pas aku datang teman-temanku udah saranin buat nonton Shoplipters
yang katanya keren banget, tapi aku gak mau soalnya ada thrillernya jadi aku
pilih yang romance-romance aja. Pas udah nonton eh semua masih bilang Shoplipters
yang paling bagus. Padahal Color Me True juga lumayan apalagi yang main Ayase
Haruka sang bintang SK II dan Kentaro Sakaguci yang bikin aku jatuh hati
setelah nonton 100th days of love. Jadi film ini bercerita tentang
pemuda bernama Kenji yang bermimpi jadi sutradara film. Ia suka pergi ke
bioskop roman untuk menonton film dan sering memutar film hitam putih tentang Petualangan
seorang putri bernama Miyuki, ia pun jatuh hati pada Sosok putri dalam layar
tersebut. Suatu hari, setelah ada petir Putri Miyuki tiba-tiba muncul di
hadapan Kenji dan mengubah hidupnya. Keren idenya, apalagi pas putri muncul lah
kok hitam putih badan sampe bajunya. Akhirnya juga sangat romantis menurutku
meski pertengahan agak ngantuk soalnya emang udah jam 10an.
Perfect World |
Film
ketiga yang kunonton masih film romance (hail romance) berjudul Perfect World. Aku
pilih ini karena ada si senyum manis Takanori Iwata dan katanya emang romantis
abis. Si pemeran ceweknya yang jadi Rukiah di Bleach. Di awal ceritanya sekilas
mirip Senpai to Kanojo soalnya si junior jatuh hati sama senpainya. Ternyata cerita
berlanjut ke masa mereka sudah lulus dan akhirnya punya kerjaan masing-masing.
Si junior ketemu senpainya yang diperankan Iwata di suatu pertemuan dan kaget
karena senpai yang disukainya, yang jago basket dan bermimpi jadi arsitek
sekarang menggunakan kursi roda karena lumpuh habis kecelakaan. Mereka kemudian
jadi rekan kerja dan akhirnya berpacaran tapi penuh perjuangan karena kondisi
senpai. Sekali lagi cowok Jepang emang punya healing smile, liat Iwata sekarang
mengingatkanku sama Nakamoto Yuta, salah satu member NCT. Mereka mirip apalagi
kalau tersenyum. Sukaa.. Filmnya juga romantis abis sih.
Chihayafuru Part 3 |
Film
keempat adalah Chihayafuru pas 3. Untungnya aku memang ngikutin Chihayafuru
dari part 1 dan 2 soalnya ada Shuhei Nomura dan Mackenyu Arata. Filmnya juga
menarik karena menceritakan tentang permainan Karuta sejenis permainan
cepat-cepatan dalam memilih kartu sesuai puisi yang dibacakan penyair. Bagian
ini merupakan seri terakhir kayaknya soalnya endingnya udah agak jelas gak
menggantung kayak 2 part sebelumnya. Aku sih makin salut dengan perjuangan Taichi
untuk Chihaya yang bikin Chihaya jadi sedih banget karena ditinggal Taichi
(spoilernya agak melewati batas, maaf). Pokoknya Chihayafuru masih keren lah,
dan selalu bikin kita amaze dengan permainan Karuta yang penuh perjuangan dan nilai-nilai.
The Eight Year Engagement |
Sebenarnya
Cuma mau nonton 4 film aja soalnya udah bisa dapat totebag tapi pas tau yang
bakal main selanjutnya ada The Eight Year Engagement yang dimainkan oleh Takeru
Satoh akhirnya beli tiket lagi soalnya tanggung banget, itu film terakhir yang
diputar abis itu tunggu tahun depan lagi buat bisa nonton film jepang di
bioskop. Takeru berperan sebagai Hisashi yang bertemu Mai di acara minum-minum
yang diatur oleh teman kantornya. Setelah itu terjadi sesuatu dan akhirnya
mereka malah pacaran kemudian tunangan dan akan menikah. Tapi tiba-tiba Mai
jatuh sakit dan tidak bangun untuk waktu yang lama. Hisashi tidak menyerah dan
tetap menjaga Mai. Saat Mai akhirnya bangun setelah bertahun-tahun, ia malah
melupakan Hisashi. Filmnya keren, Hisashi merupakan tunangan impian setiap
wanita, setia hingga bertahun-tahun. Ada sedih-sedihnya juga sampe aku hampir
nangis. Untung happy ending. Soalnya aku memang sangat benci dengan sad ending.
Pas sudah nonton ini, ketemu teman yang nonton film lain yang jam tayangnya
sama, katanya film di sebelah keren abis bis bis. Lah dejavu ni dibilangin gitu.
Iya sih ada Mizobata Junpein, aku udah kangen banget gak pernah nonton drama
filmnya lagi. Tapi gak nyesal kok soalnya Eight Year Engagement juga bagus.
Buat film-film yang lain mungkin akan di streaming atau download saja kalau mau
nonton.
Pas
mau pulang aku akhirnya dapat t-shirt juga karena kebaikan seorang kakak. Udah
gitu bisa foto-foto bareng juga. Pokoknya JFF 2018 keren abis, semoga setiap
tahun ada dan penonton makin banyak. Soalnya agak sedih sih pas nonton
ruangannya gak penuh padahal filmnya udah keren abis dan tiketnya murah banget.
Bandingkan dengan harga tiket film dokumenter boyband korea onoh yang 12x lipat
bahkan lebih. Udah gitu banyak souvenirnya lagi. Hm, mungkin karena lokasinya
kali yah agak dipinggir kota. Yang jelas keren lah acaranya. Arigato Gozaimasu.
JFF 2018 Sugoi desu.
00:44
am
Ay!
Waw, penyuka nonton.. Sampe nonton maraton, luar biasa memang :D
ReplyDelete