Skip to main content

Masalah Pengungsi Bhutan di Nepal



Latar Belakang Pengungsi Bhutan di Nepal
Masalah pengungsi di Bhutan adalah masalah yang sangat kompleks. Sejak 1991, sekitar 18% populasi Bhutan meninggalkan negara tersebut (108.000 pengungsi) menuju Nepal dan India. Mayoritas pengungsi tersebut adalah Lhotshampa[1], populasi Hindu yang merupakan etnis Nepal. Pada pertengahan 1980-an, pemerintah Nepal menyetujui hukum kewarganegaraan yang menciptakan basis legal dengan mendeklarasikan banyak Lhotshampa sebagai “non-nasional”. Diskriminasi yang terjadi antara tahun 1980 hingga akhir 1990 membuat gerakan besar pengungsi Lhotshampa. Sepeninggal pengungsi, pemerintah kemudian mengisinkan warga dari bagian negara lain menduduki tanah mereka, dan Lhotshampa yang kini berada di Nepal mengalami banyak diskriminasi dan kesulitan dalam mengakses pendidikan serta mendapatkan pekerjaan.
Nepal tidak menandatangani Konvensi 1951 dan tidak punya aturan pengungsi nasional. Meski begitu pemerintahan Nepal menerima pengungsi Bhutan yang ada di kamp sesuai dengan dasar Prima Facie dan UNHCR[2] conducts Refugee Status Determination (RSD) untuk sebagian kecil pengungsi. Meskipun pengungsi tidak diperbolehkan untuk meninggalkan kamp pengungsian dan tidak mendapat izin pekerja, tapi beberapa pengungsi mendapatkan pekerjaan informal. Pemerintahan Nepal menyatakan pengungsi Bhutan sebagai pendatang illegal, dan mereka harus membayar serta dianggap sebagai “Overstayer”. Integrasi lokal juga tidak bisa menjadi solusi terhadap kasus pengungsi Bhutan ini.
Pada tahun 2001, pemerintah Bhutan dan Nepal bekerja sama dalam pilot screening exercise yang menempatkan pengungsi Bhutan dalam satu kamp (khudunabari) tanpa campur tangan UNHCR dan organisasi lainnya. Hanya 12.000 pengungsi yang tersaring, 75% diharuskan untuk kembali ke Bhutan dan 25% adalah “non-bhutanese” yang tidak punya hak apa-apa.
Sejak tahun 2007, 8 negara penerima yaitu Australia (3.837), Kanada (5,296), Denmark (724), Belanda (326), Selandia Baru (710), Norwegia (546), Inggris (257) dan Amerika Serikat (63,400) bersama-sama menampung lebih dari 75.000 pengungsi Bhutan dari kamp-kamp Nepal. Selama periode ini, jumlah kamp pengungsian berkurang dari tujuh menjadi dua. Pada tahun 2013, UNHCR akan memfasilitasi penampungan lebih dari 15.000 pengungsi. Pada Maret 2013, Kanada menyatakan bahwa mereka akan melakukan seleksi terhadap 1000 pengungsi Bhutan selama dua tahun. Untuk 2014, UNHCR merencanakan untuk menyerahkan 7.240 pengungsi Bhutan dari penampungan di Nepal. Pada januari 2013, populasi pengungsi Bhutan di Nepal diperkirakan mencapai 40.971 jiwa. Di tahun 2014, pengungsi Bhutan tidak lagi menjadi prioritas dari UNHCR.

Kondisi Umum Pengungsi Bhutan di Nepal

Adapun tujuh daerah yang merupakan kamp pengungsi Bhutan di Nepal adalah Beldangi 1, 2, dan Extension (52,756), Sanischare  (21,320), Goldhap (9,632), Khudunabari (13,180) and Timai (10,344). Adapun kondisi umum dari pengungsi yang ada di Kamp tersebut adalah : 
- Perumahan
Rumah-rumah camp bagi pengungsi Bhutan terbuat dari bambu dengan luas 6x3,5 m2 yang biasanya dihuni oleh 7-8 orang pengungsi.

-  Kesehatan
Hampir semua camp memiliki fasilitas kesehatan, petugas kesehatan dan gudang obat. The Association of Medical Doctors of Asia (AMDA), yang merupakan partner dari UNHCR menjamin fasilitas kesehatan di kamp pengungsian. Berdasarkan laporan ‘Trapped by Inequality: Bhutanese Refugee Women in Nepal’ oleh Human Rights Watch, ada indikasi bahwa para pengungsi menderita depresi dan jumlah angka bunuh diri meningkat 4 kali lipat.
- Pendidikan
Pendidikan memiliki nilai yang tinggi bagi orang Bhutan. Sekitar 150 pengajar didatangkan langsung dari Bhutan untuk mengajari para pengungsi. Pendidikan di Bhutan gratis hingga grade 10. Dari grade 10-12, pengungsi harus membayar untuk bisa sekolah. Untuk orang tua, ada pelajaran bahasa Inggris secara Cuma-Cuma dari para relawan
-Pekerjaan
Secara teknis pengungsi dilarang untuk bekerja meskipun mereka bisa saja bepergian dari lokasi pengungsian dan mendapat pekerjaan, utamanya laki-laki. Umumnya, wanita dan perempuan melakukan pekerjaan lokal seperti memasak, bersih-bersih, dan menjaga anak.
Penyelesaian Kasus Pengungsi Bhutan di Nepal
Masalah pengungsian di Bhutan merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Meskipun mayoritas pengungsi telah berpindah ke barat, tapi beberapa pengungsi masih berharap untuk bisa kembali ke rumah mereka yaitu Bhutan. Negara yang dikenal sebagai Shangri-la terakhir, negara “Gross National Happiness” tapi kemudian beberapa menganggap masalah ini adalah “ethnic cleansing” saat Bhutan memperkenalkan “one nation, one people” dan mengalienasi budaya Lhotshampa di tahun 1980.
Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi, menjabarkan definisi pengungsi sebagai “seseorang yang dikarenakan oleh ketakutan yang beralasan akan penganiayaan, yang disebabkan oleh alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial tertentu dan keanggotaan partai politik tertentu, berada diluar Negara kebangsaannya dan tidak menginginkan perlindungan dari Negara tersebut."
Ketika seorang pengungsi meninggalkan negara asalnya atau tempat tinggal sebelumnya, mereka meninggalkan sebagian besar hidup, rumah, kepemilikan dan keluarganya. Pengungsi tersebut tidak dapat dilindungi oleh negara asalnya karena mereka terpaksa meninggalkan negaranya. Karena itu, perlindungan dan bantuan kepada mereka menjadi tanggung jawab komunitas internasional. Berdasarkan konsep mengenai pengungsi, sesungguhnya apa yang terjadi pada pengungsi Bhutan tidak sesuai dengan definisi pengungsi karena sebenarnya banyak pengungsi Lhotshampa masih berharap agar bisa kembali ke Bhutan.
 

Daftar Pustaka

Buku
Damak, Iom. 2008. The Bhutanese Refugees In Nepal , A Tool For Settlement Workers And Sponsors. Nepal : Iom International Organization for Migration.

Internet
Bhutanese refugees in Nepal (http://www.resettlement.eu/page/bhutanese-refugees-nepal), diakses pada 23 Mei 2014
Bhutanese Refugees-The Story of a Forgotten People (http://www.bhutaneserefugees.com), diakses pada 23 Mei 2014
http://www.aljazeera.com/programmes/101east/2014/05/bhutan-forgotten-people-201452081049514496.html , diakses pada 23 Mei 2014

[1] Lhotshampa berarti “People from the South” yaitu sebutan bagi pengungsi Bhutan yang berasal dari Nepal dan mendiami wilayah Bhutan di bagian Selatan yang sebelumnya direkrut oleh pemerintah Bhutan untuk menggunduli hutan di Selatan Bhutan tahun 1890-an. Sebuah sensus 1988 menyatakan total penduduk ini sudah mencapai 45% dari total penduduk Bhutan.
[2] UNHCR merupakan singkatan dari United Nation High Comision for Refugees. Organisasi ini menangani masalah pengungsi yang ada di seluruh dunia.

Comments

Popular posts from this blog

Profil Deng Lun

Mumet dengan kerjaan, jadi mau update lagi deh biar fresh. Kali ini aku mau nulis profil salah satu aktor China favoritku. Awalnya mau nulis Yang Yang sih tapi dianggurin aja datanya. Nanti deh. Sekarang soalnya ngebet banget sama si senyum lebar, Deng Lun. Soalnya drama yang dia bintangi tuh oke banget. Ini dia profilnya Nama: Deng Lun Born: October 21 st , 1992 (yes, kami Cuma beda setahun) in Shijiazhuang, Hebei Prov Tinggi: 185 cm Berat: 65 kg Deng Lun merupakan lulusan Shanghai Theatre Academy dan memulai karirnya sejak 2013 dalam Drama TV berjudul “Flowers in Fog” (belum nonton sih) kemudian main di beberapa drama lainnya dan akhirnya karirnya terus menanjak. Aku sendiri jatuh hati sama dia waktu dia main di drama berjudul “Because of Meeting You” yang merupakan drama remake dari drama Korea berjudul “Jang Bo-ri is here”. Di drama ini ia berperan sebagai Li Yunkai, seorang pengacara yang merupakan teman masa kecil tokoh utama perempuan. Perannya yang ceria dan

Itazura na Kiss in all versions

Hajimemashite.. Maaf lagi sok Jepang.. Kali ini aku mau bahas soal salah satu Dorama Jepang yang saking populernya sampe diadaptasi dalam berbagai versi. Eng ing eng.. Itazura na Kiss.. Sudah pada nonton versi apa saja? Tenang aku juga belum nonton semua kok. Tapi bagaimana pun versinya kisahnya Cuma satu yaitu bercerita tentang Seorang cewek SMA yang kurang pintar dari kelas F (disini kelas dibagi berdasarkan kepintaran muridnya dan diurut dari A untuk yang paling pintar hingga F untuk yang paling kurang pintar) bernama Aihara Kotoko yang jatuh cinta dengan orang paling populer di sekolahnya dari kelas A bernama Irie Naoki sejak tahun pertama. Di tahun seniornya, Ia kemudian mengakui perasaannya lewat surat cinta kepada Naoki dan ditolak mentah-mentah dengan alasan Naoki benci gadis bodoh. Pada hari yang sama Kotoko kehilangan rumahnya karena suatu musibah (di setiap serial beda-beda eui musibahnya) dan bersama ayahnya terpaksa menumpang di rumah teman ayahnya yang ternyata adala

Review Cry Me a Sad River

Kali ini mau bahas salah satu film China yang cukup ngena di hati dan bikin ikutan nangis.  Ini dia Profilnya Also known: Bei Shang Ni Liu Cheng He Genres: Friendship, School, Youth, Drama, Melodrama, Tragedy Country: China Release: 30 September 2018 Starring: Ren Min, Xin Yun Lai, Zhao Ying Bo Sinopsis: Yi Yao dan Qi Ming adalah tetangga dan teman masa kecil yang pergi ke kelas yang sama. Murid pindahan Tang Xiao Mi menyukai Qi Ming dan menjadi cemburu dengan hubungan baik Yi Yao dengannya. Dia mengikuti Yi Yao dan menemukan rahasia miliknya. Tang Xiao Mi kemudian menggunakan rahasia ini untuk memulai bullyingnya di sekolah dan semua siswa lain bergabung. Penindasan itu perlahan menghancurkan Yi Yao, sampai Gu Sunxi muncul disampingnya dan membantunya. Namun sebuah tragedi kembali menghancurkan Yi Yao. Comment: #SpoilerAlert Setelah terlalu banyak menonton drama kali ini tertarik nonton film China. Yup, mungkin kita hanya familiar dengan film-film action, kung fu maupun his